Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Paparkan Penyebab Rendahnya Lifting Migas

SKK Migas menyatakan realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi hingga September 2019 mencapai 89% dari target APBN sebesar 2 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto beserta para deputi menyampaikan laporan kinerja kuartal III/2019, Kamis (24/10/2019).Bisnis-David Eka Issetiabudi
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto beserta para deputi menyampaikan laporan kinerja kuartal III/2019, Kamis (24/10/2019).Bisnis-David Eka Issetiabudi

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi hingga September 2019 mencapai 89% dari target APBN sebesar 2 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd).

Total lifting migas sebesar 1,8 juta boepd dengan rincian lifting minyak 745.000 bopd dan lifting gas 1,05 juta boepd. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan kinerja lifting migas tertekan hingga kuartal III/2019.

"Harga gas dunia yang rendah sehingga kita lebih baik simpan gasnya dibandingkan jual. Itu berdampak pada curtailment," ungkapnya dalam paparan kinerja hulu migas kuartal III/2019, Kamis (24/10/2019).

Selain soal harga gas, kebakaran hutan juga turut memengaruhi aktivitas produksi migas. Untuk alasan keselamatan dan gangguan, aktivitas produksi sempat dihentikan selama satu bulan di beberapa sumur.

Faktor lain adalah kejadian tumpahan minyak di proyek YY, Blok ONWJ. Dwi mengatakan seharusnya proyek hulu migas tersebut dapat beroperasi dan menambah jumlah produksi migas tahun ini.

Realisasi lifting yang masih jauh dari target juga berdampak pada realisasi penerimaan negara yang hingga September 2019 baru mencapai US$10,99 miliar. “Hal ini [penerimaan negara] juga dipengaruhi ICP [Indonesia crude price] yang sebesar US$60-an per barel. Ini cukup jauh di bawah target asumsi makro APBN, yaitu US$70,” ujarnya.

Berdasarkan paparan SKK Migas, kinerja 10 besar kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebagian besar masih di bawah kinerja periode yang sama tahun lalu.

KKKS yang mencatatkan kinerja positif produksi minyak antara lain ExxonMobil Cepu Limited, Pertamina EP dan Petrochina International Jabung Ltd. Sementara itu, KKKS dengan produksi gas di atas kinerja periode yang sama tahun lalu adalah ConocoPhillips Grissik Ltd, JOB Pertamina - Medco Tomori Sulawesi Ltd, dan Medco E&P Natuna.

Adapun 10 besar KKKS menyumbangkan 84% total lifting hulu migas, sementara 16 persen didukung 80 KKKS lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper