Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengumumkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju. Salah satu yang menarik adalah sosok Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Arifin adalah lulusan Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung 1977. Sebelum ditunjuk sebagai Menteri ESDM, Arifin menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Jepang.
Saat mengumumkan posisi Arifin sebagai nakhoda di Kementerian ESDM, Jokowi juga mengharapkan mantan Dirut PT Petrokimia Gresik ini dapat meningkatkan investasi di sektor energi baru terbarukan dan mencari solusi menekan impor minyak dan gas bumi.
Selain menjadi Dirut Petrokimia Gresik, Arifin juga pernah menjadi Dirut PT Pupuk Sriwidjaja dan Pupuk Indonesia Holding Company hingga 2015.
Sebagai Menteri ESDM, pria kelahiran 19 Juni 1953 ini langsung dihadapkan pada sejumlah pekerjaan rumah semua sektor yang dinaunginya. Sebut saja di subsektor kelistrikan, rasio elektrifikasi menjadi hal masih perlu ditingkatkan.
Saat ini, rasio elektrifikasi telah mencapai 98,81%. Sebelumnya, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi tersebut bisa mencapai 100% pada 2020.
Baca Juga
Selain itu, ada megaproyek 35.000 MW yang masih berjalan hingga saat ini. Awalnya, proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2019. Namun, dengan berbagai tantangan dan pertimbangan, proyek tersebut diperkirakan baru tuntas pada 2028.
Untuk energi terbarukan, pekerjaan Arifin tampaknya cukup berat. Dengan masa bakti hingga 2024, Arifin harus bisa memastikan target bauran energi terbarukan sebesar 23% bisa tercapai pada 2025.
Hal tersebut menjadi tidak mudah karena energi terbarukan masih kalah dibanding energi fosil, khususnya dari sisi harga listrik. Selain itu, beberapa proyek energi terbarukan nilai keekonomiannya masih perlu dikaji ulang.
Namun, upaya meningkatkan bauran energi terbarukan bisa tertolong dari penggunaan unsur nabati dalam biodiesel. Tahun depan, program B30 akan mulai berjalan.
Selanjutnya untuk subsektor minyak dan gas bumi (migas), Arifin dihadapkan dengan laju penurunan produksi migas yang bergerak dalam rentang 1%-3% dalam 5 tahun ke belakang. Selain itu, peningkatan kualitas tata kelola bisnis migas pun diharapkan dapat terlihat.
Untuk subsektor mineral dan batu bara (minerba), penghiliran industri tambang juga jadi harapan. Mengingat hal inilah yang menentukan keberlanjutan industri hasil tambang ke depan.
Tidak hanya itu, Arifin juga langsung dihadapkan dengan adanya kontrak 7 perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi 1 akan habis dalam 5 tahun mendatang.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keputusan Jokowi memilih sosok Arifin sudah tepat. Pasalnya, Arifin yang telah menjadi Dubes Jepang, dapat membantu menarik investasi.
Selain itu, lanjut Fahmi, latar belakangnya menukangi perusahaan petrokimia juga menjadi nilai tambah. "Jadi, saya kira yang menjadi prioritas di Kementerian ESDM yaitu menarik investasi. Misalnya, terkait masalah Masela, kan memang sudah ada kesepakatan yang dilakukan menteri sebelumnya, Arifin tinggal mengimplementasikan," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (23/10/2019).
Jika sebelumnya Kementerian ESDM memiliki Wakil Menteri, Fahmi mengaku saat ini posisi tersebut sudah tidak perlu diadakan. Pasalnya, kontribusi wamen tidak terlalu signifikan membantu menteri.
"Perannya tidak begitu signifikan, bahwa porsinya dikerjakan oleh menteri," tambahnya.
Berikut profil singkat Arifin Tasrif:
- Lahir: 19 Juni 1953
- Almamater: Institut Teknologi Bandung (ITB), Teknik Kimia 1977
- Karir: - Direktur Bisnis PT Rekayasa Industri (1995 - 2001)
- Dirut Petrokimia Gresik (2001 - 2010)
- Dirut Pupuk Sriwidjaja (2010 - 2011)
- Dirut Pupuk Indonesia Holding Company (2011-2015)
- Duta Besar Indonesia untuk Jepang (2017- 22 Oktober 2019)