Bisnis.com, JAKARTA – Pusat perbelanjaan di Tanah Air diproyeksikan akan kembali menikmati pertumbuhan bisnis penyewaan yang stabil dalam beberapa tahun ke depan.
Head of Retail Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Cecilia Santoso mengatakan permintaan pasar ritel hingga kuartal IV/2019 masih tinggi. Bahkan untuk Jakarta tingkat keterisian telah mencapai rata-rata 89%.
“Sektor makanan dan minuman, serta fast fashion masih menjadi tenant yang paling aktif dalam aktifitas di sektor ritel yang didukung dengan kemudahan pesan antar dan promo menarik dari penyedia jasa dompet digital,” ungkapnya pada Media Briefing, Rabu (28/1) lalu.
Cecelia mengungkapkan tingginya permintaan di pusat perbelanjaan ini dikarenakan peremajaan wajah yang dilakukan manajemen. Saat yang sama tidak ada penambahan pasokan baru masuk ke pasar.
“Untuk tahun ini, okupansi walaupun diprediksi tetap sehat, namun akan ada beberapa department store yang tutup. Tapi ini tidak akan kosong lama, karena akan digantikan dengan tenant baru yang lebih fresh,” lanjut Cecilia.
Banyaknya tenant baru, maka pengunjung pusat perbelanjaan juga akan naik. Pertumbuhan yang lebih baik akan dinikmati oleh mal kelas atas yang didominasi oleh tenant makanan-minuman, hiburan, dan fesyen.
JLL Indonesia mencatat pada kuartal IV/2019, harga sewa untuk mal kelas atas berada di kisaran Rp630.000-an per meter persegi per bulan. Namun, pada 2023 diprediksi harga sewanya bisa mencapai kisaran Rp780.000 per meter persegi per bulan.
Sementara itu, untuk pusat perbelanjaan kelas menengah harga sewanya berkisar Rp300.000 per meter persegi per bulan dan diperkirakan masih akan bergerak mendatar hingga 2023. Sedangkan untuk mal kelas menengah bawah, harga sewanya diprediksi stagnan di kisaran Rp240.000 – Rp250.000 per meter persegi per bulan hingga 2023.