Bisnis.com, JAKARTA – Setelah tak lagi menjadi ibu kota, prospek investasi properti di Jakarta bakal tetap cerah. Bahkan, Jakarta diproyeksi masih akan tetap menjadi destinasi favorit bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengatakan untuk waktu dekat, dampak dari perpindahan ibu kota dan dimulainya pembangunan di lokasi yang baru itu belum akan berdampak besar terhadap bisnis properti.
Menurutnya, pengaruh dari upaya pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur baru akan terlihat dan mulai terasa pada tiga hingga empat tahun mendatang.
“Perpindahannya baru dimulai pada 2024 dan kalau operasional pemerintah akan pindah ke sana artinya akan ada banyak gedung pemerintahan yang kosong di Jakarta. Itu bisa jadi membuka kesempatan untuk memonetisasi dan meregenerasi bangunan-bangunan tersebut,” ujar James, Rabu (29/1/2020).
Dari sisi monetisasi, lanjutnya, gedung pemerintah yang kosong bisa disewakan kepada perusahaan untuk dijadikan perkantoran. Selain itu, bisa juga disewakan secara langsung atau dijual dan dikelola oleh perusahaan pengelola perkantoran.
Kemudian, apabila usia gedungnya sudah tua, dia menuturkan ada peluang besar baik bagi pengembang maupun pemerintah untuk melakukan pembangunan kembali dan meregenerasi gedung-gedung yang sudah tua. Tak hanya gedungnya, tetapi seluruh areanya juga bisa diperbarui.
Baca Juga
“Kalau ditanya kekhawatiran akan kelebihan pasok perkantoran nantinya, memberi tekanan pada tingkat okupansi, dan menyaingi bangunan yang sudah ada, menurut saya terlalu dini untuk memikirkan itu sekarang,” katanya.
James menyatakan ke depannya Jakarta akan tetap menjadi pusat bisnis dan akan banyak investor baik lokal maupun asing, perusahaan baru yang akan masuk dan mengisi ruang-ruang yang kosong setelah ditinggal oleh pemerintahan ke ibu kota baru.
“Jakarta itu bagai ‘pembangkit listrik’ bagi perekonomian Indonesia, karena tetap menjadi pusat aktivitas komersial sehingga akan tetap menjadi destinasi utama investasi,” ungkapnya.
Country Head JLL Indonesia James Allan menambahkan bahwa Kalimantan Timur tidak dibangun untuk menyaingi Jakarta, sehingga secara operasionalnya akan sangat berbeda. Secara pembiayaan dan konsep pembangunan cukup berbeda dengan pengembangan Jakarta.
“Pengembangannya akan memakan waktu yang panjang. Misalnya sudah ada kantor, artinya perlu perumahan, setelah ada itu perlu dibangun sekolah, dilanjut dengan fasilitas-fasilitas mixed use, rumah sakit. Jadi sampai beberapa tahun ke depan saya optimistis masih ada kesempatan besar untuk Jakarta,” kata Allan.
Terlebih di area pusat niaga (CBD), imbuhnya, masih akan menjadi lokasi yang perkembangannya pesat. Melihat masih banyaknya lahan tersedia, ditambah dengan banyak infrastruktur yang sudah dan akan dibangun. Minat investor masih sangat tinggi.
“Apalagi melihat bahwa secara demografinya, banyak populasi anak muda yang melek teknologi. Kami berharap 2020, realisasi investasi asing dan lokal juga bisa kembali bangkit baik di Jakarta maupun kota-kota lainnya.”