Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Ekonomi China Bisa Di Bawah 6 Persen Akibat Virus Corona

Akibat wabah virus corona, Sri Mulyani menilai potensi domestik China terutama konsumsi tidak bisa direalisasikan dan laju pertumbuhan ekonomi Negeri Panda ini akan kehilangan momentum.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan konferensi pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan konferensi pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA–Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi China berpotensi di bawah 6% akibat wabah virus Corona di negeri tersebut.

Berkaca pada pengalaman wabah SARS di China, Sri Mulyani melihat wabah yang terjadi pada satu kuartal memiliki pengaruh hingga dua kuartal setelahnya.

"Ini menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini. Biasanya Tahun Baru China dianggap sebagai salah satu momentum China bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui konsumsi mereka," ujar Sri Mulyani, Selasa (28/1/2020).

Dengan merebaknya wabah penyakit baru tersebut, dia menilai potensi domestik China terutama konsumsi tidak bisa direalisasikan dan laju pertumbuhan ekonomi China kehilangan momentumnya.

Dia mengimbau dnamika ini bagaimanapun perlu diwaspadai oleh Indonesia dalam rangka mengantisipasi dampak perekonomian yang muncul akibat wabah tersebut.

"Ini menggambarkan bahwa risiko itu bisa unpredictable dan very volatile. Semua negara wajib selalu mewaspadai dan menyiapkan instrumen kebijakan untuk terus bertumbuh," kata Sri Mulyani.

Sebagai catatan, virus Corona adalah adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Beberapa virus Corona yang dikenal beredar pada hewan tetapi belum terbukti menginfeksi manusia.

Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi virus Corona antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Wildan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper