Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan industri ritel modern pada tahun ini diproyeksi bakal lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu, lantaran didukung oleh meningkatnya daya beli sebagian masyarakat Indonesia.
Consumer Behaviour Expert & Executive Director Retail Service Nielsen Indonesia Yongky Susilo mengatakan pertumbuhan industri ritel modern pada 2020 diproyeksi tumbuh di kisaran 9 – 10%. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan 2019 yang tercatat hanya sebesar 8%.
Salah satu faktor pendorong dari pertumbuhan tersebut adalah adanya peningkatan kembali daya beli masyarakat kelas menengah ke atas yang sebelumnya sempat mengalami penurunan lantaran tahun politik.
“Kelas menengah ke atas sudah sedikit recover (pulih) daya belinya, tetapi kelas menengah ke bawah ini yang belum recover daya belinya. [Industri] ritel modern saya prediksi tumbuh 9 — 10% karena ada ekspansi, modernisasi konsumen, urbanisasi, dan premiumisasi,” katanya kepada Bisnis.com Selasa, (28/1/2020).
Adapun, segmen yang menjadi pendorong pertumbuhan industri ritel modern tahun ini menurut Yongky masih sama seperti tahun lalu, yaitu segmen toko kelontong (minimarket). Asal tahu saja, berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pada 2019 segmen yang dikuasai oleh dua raksasa, yaitu PT Indomarco Prismatama (Indomaret) dan PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) itu berhasil mencatatkan pertumbuhan sampai dengan 12% sepanjang Januari-September 2019.
Lebih lanjut, menurut Yongky agar industri ritel modern bisa kembali berlari kencang pemerintah diharapkan bisa memberikan kemudahan berusaha di Tanah Air secepatnya agar tercipta lapangan kerja baru bagi kelas menengah kebawah yang tidak dapat dipungkiri lebih banyak bekerja di sektor informal.
Baca Juga
“Pemerintah harus bantu dongkrak daya beli [kelas] menengah ke bawah. Bantu kemudahan berusaha untuk pengusaha-pengusaha lokal agar mereka bisa membuat usaha [berskala] kecil, menengah, atau besar sehingga kelas menengah ke bawah bisa terbawa. Pengusaha adalah job creator,” tuturnya.
Yongky menambahkan hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengembalikan daya beli masyarakat kelas menengah kebawah adalah menyiapkan program cash for work atau padat karya secara massal. Melalui program tersebut masyarakat kelas menengah ke bawah akan mendapatkan bantuan langsung tunai dengan syarat harus mengerjakan proyek yang disiapkan oleh pemerintah.
Sementara itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan prospek industri ritel modern secara umum masih menunjukkan tren positif. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan konsumsi barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods/FCMG). Menurutnya, konsumsi FCMG di ritel modern yang ada di Tanah Air sepanjang September 2018-September 2019 masih tumbuh positif.
“Konsumsi FCMG di ritel modern tumbuh sebesar 7,6% dengan rincian untuk format minimarket tumbuh 12,9%, sedangkan untuk format supermarket dan hypermarket tumbuh negatif sebesar -5,8%. Penurunan konsumsi FCMG di format ritel besar supermarket dan hypermarket menunjukkan bahwa saat ini terjadi perubahan gaya konsumsi masyarakat,” katanya.