Bisnis.com, TANGERANG -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berencana mengevaluasi anak usaha perseroan yang dinilai tidak produktif.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kajian internal akan dilakukan terhadap beberapa anak perusahaan. Selain itu, juga menjalankan rekomendasi dari manajemen sebelumnya di bawah koordinasi Fuad Rizal, yang sempat menjabat sebagai Plt. Direktur Utama.
"Beberapa anak usaha akan dimasukkan kembali ke induknya dan menjadi bagian dari usahanya. Hal ini untuk mengurangi exposure dari jumlah anak dam cucu [perusahaan]," katanya, Kamis (23/1/2020).
Dia menambahkan kebijakan tersebut merupakan inisiatif dari arahan Menteri BUMN Erick Thohir. Setiap BUMN diharapkan melakukan konsolidasi dari anak dan cucu perusahaan untuk memberikan kesempatan pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam usaha.
Pada 2019, tercatat Garuda mendirikan dua anak perusahaan baru yakni PT Garuda Ilmu Terapan Cakrawala Indonesia (GITC Indonesia) dan dan PT Garuda Tauberes Indonesia (GTI).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (23/9/2019), Citilink Indonesia bersinergi dengan PT GMF AeroAsia, Tbk. membentuk anak usaha yang bergerak di bidang pendidikan dalam dunia aviasi dan nonaviasi yaitu GITC Indonesia.
Baca Juga
Direktur Utama Citilink Juliandra mengatakan GITC Indonesia yang resmi berdiri pada 30 Agustus 2019 merupakan bentuk ekspansi bisnis Citilink dalam bidang pendidikan dan pengembangan kualitas SDM, serta dalam rangka mendukung operasional penerbangan.
Adapun, komposisi kepemilikan saham dari kedua perusahaan Garuda Indonesia Group ini yaitu 80 persen Citilink dan 20 persen dimiliki GMF.
"Pada tahap awal GITC Indonesia akan menyediakan fasilitas pendidikan bagi SDM untuk menunjang kegiatan operasional di lingkungan Garuda Indonesia Group, termasuk pendidikan untuk pilot, awak kabin, engineer dan juga pegawai darat," kata Juliandra.
GITC Indonesia juga akan membuka fasilitas pendidikan di bidang aviasi untuk umum, adapun pelatihan yang disediakan mulai dari pendidikan untuk operasional maskapai (airline operation) hingga pendidikan untuk pengembangan bisnis maskapai (airline business).
Sebelumnya, nama GTI mulai muncul ke publik saat meluncurkan aplikasi digital Tauberes yang menghubungkan layanan kargo udara dengan agen pengiriman barang kepada masyarakat (end users).
GTI merupakan platform e-commerce yang menyediakan jasa pemesanan logistik, baik untuk kurir, air cargo gateway, dan sistem pembayaran.
Saat itu, Direktur Utama GTI Albert Burhan menuturkan Tauberes merupakan aplikasi yang didesain sebagai one-stop logistic solution yang akan memiliki tiga fitur utama, yaitu Kirim Paket, Kargo Udara, dan Belanja Online.