Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Jepang mengambil pandangan yang lebih cerah terhadap ekonomi dan memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan suku bunga acuan dalam pertemuan hari Selasa (21/2/2020).
Seperti yang telah diperkirakan secara luas, Bank of Japan (BOJ) menaikkan proyeksi pertumbuhannya untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir berkat paket ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe senilai US$120 miliar yang diluncurkan bulan lalu.
BOJ saat ini memproyeksikan ekonomi tumbuh 0,9 persen pada tahun fiskal 2020, lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pada bulan Oktober yang hanya 0,7 persen.
Namun, BOJ juga memangkas prakiraan inflasi menjadi hanya 1 persen, turun dari proyeksi sebelumnya. Langkah ini dapat menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi inflasi.
Keputusan BOJ ini diambil sebelum pertemuan Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve pekan ini dan pekan berikutnya. ECB diperkirakan meluncurkan program peninjauan terhadap target inflasi dan tema yang lebih luas seperti ketidaksetaraan dan perubahan iklim yang akan berlangsung selama setahun penuh. The Fed sudah memiliki tinjauan luas yang sedang berlangsung.
Ketiga bank sentral terlihat berpegang pada pola bertahan untuk saat ini di tengah tanda-tanda bahwa ekonomi global telah melewati masa perlambatan terburuknya.
Baca Juga
Bank sentral mengatakan bahwa risiko eksternal terhadap ekonomi masih signifikan namun dalam tren yang menurun. BOJ mengatakan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan pelonggaran tambahan jika risiko tersebut meningkat.
"BOJ berusaha menghindari mengirim pesan bahwa mereka semakin percaya diri terhadap ekonomi atau mulai mencari penyesuaian pada kebijakan pelonggarannya," kata Nobuyasu Atago, kepala ekonom di Okasan Securities dan mantan kepala divisi statistik harga BOJ, seperti dikutip Bloomberg.
"Intinya adalah bahwa BOJ merasa nyaman dengan level yen saat ini dan tidak ingin mengubahnya dengan menunjukkan optimisme atau perubahan dalam pandangan yang berhati-hati,” lanjutnya.