Bisnis.com, BANTUL – Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementerian Pertanian Hardiyanto menyebutkan saat ini ada 55 varietas tanaman anggur yang dikembangkan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Kementan.
"Kami diminta Menteri Pertanian mengembangkan hortikultura di beberapa provinsi. Kami juga punya Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Subtropika yang juga menangani anggur. Kami punya hampir 55 jenis anggur," ujarnya di Bantul, Yogyakarta, Kamis (16/1/2020) seusai menyerahkan sertifikat Tanda Daftar Varietas Lokal tanaman anggur kepada Pemkab Bantul.
Menurut dia, dari puluhan jenis anggur nasional tersebut, sudah ada sekitar 10 sampai 11 varietas yang dilepas, bahkan sekitar dua hingga tiga minggu yang lalu, salah satu varietas anggur nasional diluncurkan Menteri Pertanian untuk kemudian disampaikan ke Presiden.
"Maka dari itulah, kita juga diminta untuk mengembangkan anggur nasional, anggur tropika yang ada di Indonesia harus bisa dikembangkan, karena sekarang ini kan banyak impor anggur, masa kita ndak bisa (mengembangkan)," kata Hardiyanto.
Dia menambahkan salah satu tujuan mengunjungi Bantul juga untuk melihat sampai sejauh mana kegiatan Kampung Anggur, kemudian inovasi maupun teknologi apa yang bisa disinergikan antara kelompok tani dengan para pemangku kepentingan ndi bidang pertanian.
Apalagi, lanjutnya, Kementan juga memiliki banyak peneliti juga dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, yang akan mengawal anggur lokal Bantul supaya bisa berkembang lebih bagus lagi dan menjadi inisiasi atau preferensi untuk dikembangkan di wilayah lain.
"Ini salah satu kegiatan family farming, jadi bagaimana keluarga masyarakat itu bisa bisa punya aktivitas untuk menanam, mendapatkan hasilnya dan tambahan income, ini yang memang diarahkan Pak Menteri supaya mereka bisa meningkat kesejahteraan, mengurangi kemiskinan," ucapnya.
Hardiyanto mengutarakan untuk sementara ini varietas anggur nasional sudah dikembangkan di beberapa daerah seperti Jawa Timur dan Bali, kemudian sebagian di Palu (Sulawesi Tengah) dan Yogyakarta, meski hanya spot-spot sehingga ke depan harus terus dikuatkan lagi dan direvitalisasi.