Bisnis.com, JAKARTA - Data bea cukai Vietnam menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2019 surplus perdagangan melonjak menjadi sebesar US$11,12 miliar dari US$6,8 miliar pada 2018.
Data yang dirilis Senin (13/1/2020), juga menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan Vietnam dengan Amerika Serikat, pasar ekspor terbesar Vietnam, melebar menjadi US$46,98 pada 2019 dari US$34,87 pada tahun sebelumnya.
Posisi Vietnam menjadi terancam dan berisiko akan dicap sebagai manipulator mata uang oleh Washington karena pelebaran surplus perdagangan, neraca transaksi yang berjalan sangat positif dan bank sentral yang aktif melakukan pembelian devisa neto.
Dalam kemitraan perdagangan dengan AS, Vietnam telah berusaha mengimpor lebih banyak barang Amerika untuk mempersempit kesenjangan perdagangan menyusul ancaman oleh Presiden AS Donald Trump atas sanksi tarif di tengah perang dagang AS-China.
"Secara keseluruhan ekspor pada 2019 meningkat 8,4% menjadi US$264,19 miliar sementara impor meningkat 6,8% menjadi US$253,07 miliar. Komoditas utama impor adalah elektronik dan mesin," tulis Departemen Pabean dalam sebuah pernyataan, dikutip melalui Reuters, Selasa (14/1/2020).
Data menunjukkan ekspor smartphone dan suku cadang Vietnam, sebagian besar diproduksi oleh Samsung Electronics, naik 4,4% tahun lalu menjadi US$51,38 miliar.
Kantor Statistik Umum akhir bulan lalu memperkirakan surplus perdagangan 2019 akan berada pada kisaran US$9,94 miliar, dan defisit perdagangan pada Desember pada kisaran US$1 miliar.
Namun, data bulan Desember menunjukkan ekspor Vietnam turun 1,0% dari November menjadi US$22,56 miliar, sedangkan impor naik 4,5% menjadi US$22,30 miliar, menghasilkan surplus perdagangan US$259 juta.
Sementara itu, defisit perdagangan Vietnam dengan China naik menjadi US$34,04 miliar pada 2019 dari US$24,15 miliar setahun sebelumnya. Vietnam bergantung pada China, mitra dagang terbesarnya, untuk bahan baku dan peralatan manufaktur padat karya.