Bisnis.com, JAKARTA – Guna memacu kembali produksi industri kecil dan menengah yang terdampak banjir di Jakarta dan Tangerang, Kementerian Perindustrian menyerahkan bantuan mesin dan peralatan baru.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan upaya strategis ini diharapkan membantu IKM agar dapat terus berproduksi dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Apalagi, selama ini sektor IKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
“Dengan beroperasinya kembali usaha dari para pelaku IKM ini, tentunya sejalan dengan tekad pemerintah yang senantiasa ingin mendorong tumbuh kembangnya sektor IKM,” kata Agus seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (9/1/2020).
Menperin mengunjungi sentra IKM tahu dan tempe tersebut, didampingi Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih, serta anggota Komisi VI DPR RI Mukhtarudin. Bantuan yang diberikan berupa 20 unit pompa dorong 1 PK, 2 unit pompa jet pump 3 PK, 4 unit dinamo mesin giling, dan 10 unit blower.
Menperin menjelaskan pada pekan lalu pihaknya sudah menurunkan tim untuk meninjau langsung ke lapangan sekaligus mendata IKM yang terdampak banjir di wilayah Jabodetabek. Peninjauan itu juga dilakukan untuk mendapatkan masukan dari mereka mengenai kebutuhan yang diharapkan dan solusi dalam mengatasi banjir ke depannya.
Dari laporan tersebut, katanya, terungkap bahwa di Semanan terdapat ada 1000 rumah produksi tempe yang meliputi 1.217 pengrajin dan sekitar 17 IKM yang memproduksi tahu.
"Ini menjadi salah satu sentra IKM di Jabodetabek yang mengalami kebanjiran. Rata-rata peralatan produksi mereka terendam banjir seperti dinamo, pompa air, hingga dapur umum,” kata Agus.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen IKMA Gati menjelaskan bahwa estimasi nilai kerugian per IKM tahun mencapai Rp30 juta. DI samping itu, pelaku IKM itu juga masing-masing mengalami kerugian tambahan senilai Rp3 juta dari bahan baku yang rusak.
Sementara itu, IKM tempe merugi hingga Rp1 miliar dari potensi 100 ton produk yang diproduksi. Gati mengatakan bila diakumulasikan dengan kerugian lainnya maka nilai totalnya bisa lebih dari Rp5,1 miliar.