Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Angkutan Darat (Organda) menilai persaingan bisnis dengan operator taksi daring membuat jumlah armada menyusut dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga diiringi dengan perubahan strategi penambahan unit oleh masing-masing operator taksi.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organda Ateng Haryono mengatakan bahwa saat ini jumlah kuota taksi di DKI Jakarta mencapai 27.000 unit, sedangkan di Jabodetabek mencapai sekitar 43.000 unit.
Namun demikian, per awal Januari menurutnya hanya ada sekitar 60% armada taksi dari total kuota DKI Jakarta yang tersisa saat ini, atau sekitar 15.000 unit. Jumlah itu turun signifikan dibandingkan dengan sebelum 2015.
“Kuota dulu kan penuh, total terbagi ke dalam masing-masing perusahaan dan dia dilaksanakan, itu dulu 27.000-an itu berjalan, mulai 2015, 2016, selanjutnya itu turun, maksimal hanya 60% pada 2019. Posisinya ada yang sudah kolaps sama sekali,” katanya kepada Bisnis, Senin (6/1/2020).
Dari jumlah armada yang tersisa saat ini, lanjutnya, juga belum seluruhnya dioperasionalkan. Tingkat operasional armada taksi saat ini baru mencapai kisaran 50% dari total armada, atau sekitar 7.500 unit di DKI Jakarta.
Dia menjelaskan meski terjadi penyusutan dalam beberapa tahun terakhir, sejatinya terdapat penambahan armada pada 2019 berkat bergabungnya sejumlah perusahaan baru. Namun, jumlahnya tidak terlalu signifikan hanya sekitar mencapai ratusan unit.
Persaingan dengan operator taksi daring menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah armada taksi konvensional saat ini. Hal ini, lanjutnya, membuat perusahaan taksi berusaha menyiasatinya dengan mengubah kebijakan peremajaan atau pergantian unit baru.
“Untuk cycle pengelolaannya, dulu kan masih ada yang 5 tahun berjalan baru diremajakan, dengan posisi sekarang, dengan okupansi yang berkurang, mungkin sekarang akan diperpanjang, dari sisi investasinya tentu jadi sesuatu yang wajar kalau diperpanjang masa pakainya,” katanya.
Selain itu, menurutnya saat ini operator taksi mulai banyak beralih ke model mobil multiguna atau multipurpose vehicle (MPV). Selain memerlukan investasi lebih rendah daripada sedan, model ini menurutnya lebih sesuai kebutuhan konsumen yang menyenangi mobil berkapasitas lebih besar.