Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian berencana menggenjot produksi buah-buahan tropis berbasis ekspor lewat upaya ekstensifikasi lahan pada 2020. Berbeda dengan pengembangan lahan yang dilakukan sebelumnya, Kementan fokus pada desain baru.
"Sebelumnya pengembangan lebih ke pemerataan, tapi ke depan dari awal kami akan rancang kawasan buah itu berorientasi ekspor. Skalanya harus luas, harapannya kalau kami sudah rancang sesuai skala ekonominya, eksportir atau off-taker tidak ragu lagi mendapatkan buah dalam jumlah yang cukup," ujar Direktur Buah dan Florikultura Kementan Liferdi Lukman kepada Bisnis, Jumat (4/1/2019).
Liferdi mengemukakan pengembangan kawasan tanaman buah sebelumnya hanya berorientasi pada upaya pemerataan di area dengan luas 10 – 20 hektare (ha) di banyak lokasi. Area pengembangan yang tersebar sendiri dinilai tak bisa menjamin pasokan buah yang memenuhi permintaan pasar tujuan ekspor.
"Eksportir tidak mungkin mengirim dengan kontainer yang tak terisi penuh. Kami sudah hitung masing-masing komoditas ini berapa skala ekonominya. Oleh karena itu, pada 2020 ini kami kembangkan wilayah buah itu minimal 200 hektare. Kami akan fokus pada satu hamparan di suatu daerah dan di situ dirancang untuk ekspor," ujarnya.
Liferdi mengemukakan bahwa setiap kawasan hanya akan dikembangkan untuk satu jenis buah-buahan tergantung kondisi agroklimatnya. Sepanjang 2020, dia menyatakan setidaknya bakal ada belasan wilayah yang dikembangkan.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa selama kurun 2017–2018, luas panen lima komoditas buah utama ekspor memperlihatkan tren yang beragam. Pada manggis misalnya, luas panen tercatat mengalami peningkatan sebanyak 16,69% dari 18.058 ha pada 2017 menjadi 21.071 ha.
Sementara itu, luas panen pisang menunjukkan penurunan sebesar 9,29% dari 89.615 ha pada 2017 menjadi 81.289 ha di 2018. Penurunan luas panen pun diperlihatkan oleh nanas sebesar 9,15% sementara untuk durian dan salak, luas panen tumbuh masing-masing 2,76% dan 5,02%.
Dari segi ekspor, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa total ekspor hasil tanaman buah-buahan tahunan Indonesia selama periode Januari–Oktober 2019 mencapai 576.041 ton dengan nilai US$213,43 juta, turun 7,41% dibandingkan capaian pada periode yang sama di 2018 sebesar 650.914 ton dengan nilai US$230,51 juta.
Terlepas dari penurunan tersebut, Liferdi mengaku optimistis pihaknya bakal mampu menggenjot performa ekspor melalui strategi pengembangan satu komoditas di satu wilayah. Terlebih, Kementan memiliki ambisi untuk meningkatkan ekspor produk-produk sebanyak tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan.
"Dari awal kami sudah komunikasi dengan eksportir untuk konsultasi kira-kira kebutuhannya seperti apa. Kalau ekstensifikasi ini fokusnya pengembangan wilayah khusus tadi dengan satu varietas, varietas yang dikembangkan adalah yang sudah ada pasarnya," ucap Liferdi.