Bisnis.com, JAKARTA – Target Kementerian Kelautan dan Perikanan meningkatkan produksi perikanan budidaya mencapai 18,44 juta ton pada 2020 dinilai ambisius.
Peneliti Nasional Destructive Fishing Watch (DFW)-Indonesia, Muh Arifuddin mengatakan untuk memenuhi target tersebut, perlu dukungan semua pihak, dimulai dari hal yang paling dasar yakni peta detail tambak.
“Hingga saat ini Indonesia belum memiliki peta detail tambak di Indonesia untuk keperluan engineering dan manajemen di tingkat farm level, termasuk untuk tujuan proyek rehabilitasi,” kata Arif melalui pesan singkat, Jumat (3/1/2020).
Selanjutnya, pemilihan komoditas untuk budidaya harus dilakukan dengan tepat, dengan tetap menjadikan udang windu sebagai prioritas.
Akan tetapi untuk daerah yang kurang potensial, komoditas bandeng, rumput laut (gracilaria), dan ikan kakap putih, menurut Arif bisa juga dikembangkan atau di polikultur dengan udang windu. "Tapi tentunya setelah syarat teknis lahan tambak eksisting dibenahi," sebutnya.
Di sisi lain, DFW-Indonesia juga menyoroti alokasi bantuan kapal yang hanya 30 unit pada 2020. Arif berpendapat bahwa KKP perlu menyampaikan hasil evaluasi pemanfaatan bantuan kapal ikan dalam 5 tahun ini, seberapa besar kontribusinya bagi peningkatan produksi tangkap.
Baca Juga
Dengan hanya 30 unit pada tahun ini, perlu dijelaskan pula bagaimana strategi KKP untuk meningkatkan produksi tangkap yang sudah dipatok pada angka 8,02 juta ton pada 2020.
“Upaya meningkatkan produksi tangkap melalui pemanfaatan potensi ikan di laut lepas mesti menjadi prioritas KKP, bagaimana dan dengan cara apa pemanfaatan itu bisa dilakukan,” tanya Arif.
Kendati demikian, DFW katanya tetap memberikan dukungan kepada Edhy untuk mengeksekusi program yang telah disusun pada 2020. "Tantangannya banyak dan tidak mudah, tapi dengan spirit dan tenaga baru kita berharap Edhy Prabowo bisa melakukan itu," sebut Arif.
Upaya komunikasi yang dengan keras dilakukan dalam 2 bulan ini, menurutnya perlu dibarengi dengan konten, substansi dan hasil kerja yang kelihatan. Jika tidak, upaya dan pesan komunikasi tersebut akan menjadi sia-sia dan akan menjadi senjata makan tuan.