Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghujung 2019, Inflasi Korea Selatan Melambat ke Rekor Terendah

Harga konsumen yang lemah telah menjadi perhatian utama di Bank of Korea. Ekonomi Korea Selatan dikhawatirkan menuju pertumbuhan paling lambat dalam satu dekade pada tahun ini.
Bank sentral Korea./Reuters
Bank sentral Korea./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga konsumen yang lemah telah menjadi perhatian utama di Bank of Korea. Ekonomi Korea Selatan dikhawatirkan menuju pertumbuhan paling lambat dalam satu dekade pada tahun ini.

Berdasarkan berita dari laman Bloomberg (31/12/2019), inflasi Korea Selatan mencapai hanya 0,4% pada tahun 2019, yakni terlemah sejak data kembali ke tahun 1966. Ketidakpastian dari perang perdagangan dan perlambatan dalam siklus teknologi global menjadi faktor penekan permintaan konsumen tahun ini

Menurut kantor statistik Korea Selatan, pada bulan Desember harga konsumen hanya naik 0,7% dari tahun sebelumnya, dengan estimasi median dari kenaikan 0,6%.

Adapun, Korea Selatan telah bergulat dengan inflasi yang menggarisbawahi target 2% tahun ini. Padahal bank sentral Negeri Gingseng ini telah melakukan dua pemangkasan suku bunga acuan.

Pertumbuhan harga konsumen justru melantai mendekati nol, dan bahkan telah memicu kekhawatiran tentang risiko deflasi. Meskipun, otoritas menepis kekhawatiran seperti berlebihan, dan menganggap harga pangan sudah lebih tinggi dari biasanya tahun lalu.

Risalah Ekonomi Korsel

- Menurut ekonom yang disurvei Bloomberg, ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan tumbuh 1,9% tahun ini dengan laju paling lambat dalam satu dekade.

- Penurunan ekspor telah memaksa pemerintah dan bank sentral untuk memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka menjadi 2%.

- Bank of Korea memperkirakan inflasi dapat terkerek secara bertahap menjadi 1% pada tahun 2020.

- Dalam pernyataan kebijakan 2020, bank sentral berjanji untuk menjaga akomodatif kebijakan karena tekanan inflasi dari sisi permintaan kemungkinan akan tetap lemah.

- Populasi penduduk Korea Selatan yang menua dan potensi pertumbuhan yang menurun adalah dua tantangan yang meningkatkan risiko deflasi struktural dalam jangka panjang.

- "Korea telah memasuki disinflasi dan ada kekhawatiran bahwa waktu telah berlalu sebelum itu berubah menjadi deflasi," kata Ahn Dong-hyun, seorang profesor ekonomi di Seoul National University. "Ekonomi kehilangan dinamika, yang mengarah pada konsumsi dan investasi yang rendah, melemahkan inflasi."

- Kebijakan kesejahteraan pemerintah bekerja untuk mendorong inflasi lebih rendah pada 2019, tetapi "faktor yang lebih signifikan kemungkinannya adalah permintaan yang menurun karena lingkungan ekspor yang tidak bersahabat dan siklus elektronik yang menurun. Ini membuat kita percaya bahwa inflasi IHK tidak akan meningkat pada tahun 2020," kata Park Chong-hoon, seorang ekonom di Standard Chartered Bank di Seoul.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper