Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Marketing Outlook 2020, It’s Time to Leap

Tiga perubahan tersebut adalah disrupsi digital (digital disruption), disrupsi milenial (millennial disruption), dan disrupsi leisure (leisure disruption). Saya menyebut ketiganya dengan istilah Three Market Megashifts.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Tahun depan menandai berakhirnya era 2010-an dan kita memasuki dekade 2020-an. Sebuah era dimana tiga perubahan besar telah betul-betul menemukan critical mass-nya.

Tiga perubahan tersebut adalah disrupsi digital (digital disruption), disrupsi milenial (millennial disruption), dan disrupsi leisure (leisure disruption). Saya menyebut ketiganya dengan istilah Three Market Megashifts.

Disrupsi digital ditandai perubahan dari atoms ke bits yang menciptakan model-model bisnis baru berbasis digital dengan marginal cost yang mendekati nol. Disrupsi milenial ditandai pergeseran pasar dari Gen-X ke milenial dimana terjadi perubahan perilaku yang ekstrim. Sementara disrupsi leisure ditandai bergesernya pola konsumsi dari berbasis barang (goods-based consumption) ke pengalaman (experience-based consumption).

The Fall. The Rise

Apa dampak dari tiga Megashift tersebut? Dampaknya luar biasa. Industri seperti ‘dirusak’ dan bergeser dari ‘old normal’ untuk kemudian memasuki masa transisi ‘disrupted normal’ dan akhirnya menuju keseimbangan baru menjadi ‘new normal’.

Di tengah perubahan tersebut, di satu sisi ada produk, bisnis, dan industri lama berguguran. Sementara di sisi lain banyak produk, bisnis, dan industri baru begitu pesat bermunculan. Ada yang fall, ada yang ‘rise’.

Di industri layanan keuangan misalnya, kantor cabang, anjungan tunai mandiri (ATM), kartu kredit, dan layanan tunai semakin ditinggalkan konsumen. Sementara digital payment, digital lending, credit scoring berbasis artificial intelligence (AI) justru mulai marak digunakan.

Di industri ritel, hypermarket, departement store, trade center semakin banyak berguguran. Sementara minimarket, mal berbasis kuliner, on-demand shopping/services, gerai artisan, sneakers store atau on-the-go store justru menjamur.

Di industri otomotif mobil sedan, motor bebek, penggunaan mobil pribadi semakin turun. Sebaliknya kendaraan jenis sport utility vehicle (SUV), mobil listrik, ride-sharing hingga ride hailing mulai meningkat penggunaannya.

Karena itu saya mengatakan bahwa memasuki dekade 2020-an ini kita berada di persimpangan jalan gugur-tumbuhnya industri lama dan baru sebagai dampak datangnya disrupsi. Industri demi industri segera memasuki ‘radar disrupsi’ tanpa bisa mengelak. Karena itu pilihannya cuma satu: Leap!

Karena itu pula pergantian dekade ini menjadi momentum penting bagi para pemimpin bisnis untuk melompat (strategic leap) dari industri lama yang obsolet ke industri baru yang prospektif.

Dalam kaitan itu Leap Strategy diawali dengan Unlearn, yaitu menganggap diri kita ‘tak tahu semuanya’. Survive dari disrupsi bukanlah semata masalah teknologi digital atau inovasi model bisnis. Yang terpenting justru adalah masalah mindset, yaitu mindset yang menganggap bahwa kita telah ‘tahu semuanya’. Ketika kita sudah merasa tahu semuanya maka semakin sulit pula kita menanggalkannya.

Marketing Outlook 2020, It’s Time to Leap

Itu pula sebabnya disruptor di industri otomotif bukanlah Toyota yang ‘tahu semuanya’ mengenai otomotif tetapi oleh Tesla dan Google. Disruptor perhotelan bukan Hilton tetapi Airbnb yang ‘tak tahu semuanya’. Disruptor layanan taksi bukanlah Blue Bird tapi Uber.

Mindset ‘tahu semuanya’ telah membutakan mata, hati, dan pikiran kita mengenai hal baru yang tidak kita ketahui. Di tengah disrupsi, mindset yang diperlukan bukanlah ‘tahu semuanya’ tetapi justru sebaliknya ‘tak tahu semuanya’.

Kita tak cukup sebatas Learning tetapi juga Unlearning, yaitu mengosongkan hal-hal usang yang selama berpuluh tahun kita ketahui dan kita yakini kebenarannya. Unlearning akan mengosongkan isi pikiran kita sebersih mungkin, sebersih kanvas kosong.

Paradigma Digital

Unlearn adalah titik mula Anda melakukan lompatan strategis menuju new normal. Untuk sukses melompat Anda harus mengubah paradigma berpikir lama ke baru. Paradigma baru ini saya sebut Digital Way of Thinking.

Dalam mengelola sumber daya (key resources) misalnya, Anda harus mengubah paradigma dari ownership ke access.

Logika lama mengatakan bahwa untuk memenangkan persaingan maka perusahaan harus menguasai dan memiliki aset dan sumber daya. Bisnis zaman now justru menggunakan prinsip asset-light dimana akses lebih penting dari kepemilikan aset. Model bisnis GoJek atau Airbnb menggunakan prinsip ini.

Begitu pula dalam memosisikan konsumen, paradigmanya bergeser dari customer menjadi prosumer. Wikipedia tidak menulis sendiri jutaan konten bermutu yang disajikan ke kita. Wikipedia menyerahkan penulisan itu kepada kita semua. Artinya, kita tidak hanya menjadi konsumen Wikipedia tetapi sekaligus juga produsen. Istilah kerennya: Prosumer.

Contoh lain adalah perubahan paradigma berpikir dari product ke platform. Android tidak menawarkan produk tetapi platform yang memungkinkan pihak lain, yaitu para pengembang aplikasi untuk berkreasi mengembangkan beragam varian produk yang memenuhi kebutuhan unik atau customized dari setiap pengguna smartphone.

Industri-industri lama kini telah ‘dirusak’ oleh disrupsi, sehingga menghasilkan entitas industri baru yang berbeda sama sekali. Untuk sukses melompat, tidak bisa tidak, Anda harus mengubah secara ekstrim paradigma berpikir Anda.

Yuswohady, Managing Partner Inventure

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bisnis Indonesia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper