Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Elektronik Masih Lemah, Pemerintah Cari Investor Besar

Kementerian Perindustrian berfokus untuk menarik investor besar, khususnya di sektor hulu (upstream) dan antara (midstream).
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto memberikan paparan dalam kuliah umum bertajuk 'Baja Lokal VS Baja Impor' yang dihelat President University, Rabu (18/12/2019)./Bisnis-Oktaviano D.B. Hana
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto memberikan paparan dalam kuliah umum bertajuk 'Baja Lokal VS Baja Impor' yang dihelat President University, Rabu (18/12/2019)./Bisnis-Oktaviano D.B. Hana

Bisnis.com, JAKARTA - Industri elektronika dinilai menjadi sektor manufaktur yang paling lemah di antara sejumlah sektor prioritas lainnya dalam peta jalan revolusi industri nasional atau Making Indonesia 4.0.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian berfokus untuk menarik investor besar, khususnya di sektor hulu (upstream) dan antara (midstream).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengatakan bahwa sektor elektronik memang masih sangat lemah lantaran belum memiliki rantai pasok yang terintegrasi, khususnya di hulu dan antara. Dampaknya, jelas dia, impor produk dan komponen elektronik masih sangat besar.

"Walau masuk dalam Making Indonesia 4.0, elektronik kita secara faktual masih sangat lemah. Kita punya di hilir, tetapi midstream dan upstream tidak ada," ujarnya di sela-sela kuliah umum bertajuk Baja Lokal VS Baja Impor yang dihelat President University, Rabu (18/12/2019).

Harjanto mengakui bahwa impor komponen elektronik tidak terhindarkan lantaran tidak bisa didukung oleh manufaktur dalam negeri. Dia memberikan contoh impor komponen untuk produk air conditioner atau AC.

Produsen lokal AC, katanya, sudah melakukan proses manufaktur secara penuh. Namun, sejumlah bahan baku untuk produk AC, seperti pipa tembaga masih diimpor.

Menurutnya, hingga saat ini belum ada produsen baja atau logam beserta turunannya yang bisa memasok kebutuhan tersebut.

"Kulkas juga masih banyak impor komponennya. Tidak semua kebutuhan baja bisa dipasok industri dalam negeri."

Guna mengintegrasikan sektor itu, Harjanto mengatakan pemerintah berencana untuk menarik investor besar untuk mengisi industri hulu. Nantinya, pelaku lokal bisa mendukung, misalnya untuk industri semikonduktor.

Melalui program Making Indonesia 4.0, pemerintah berharap bisa merealisasikan hal tersebut. "Ini yang menjadi tugas menteri. Menarik investor yang arahnya untuk midstream dan upstream."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper