Bisnis.com, JAKARTA - Rencana mengembangkan long distance ferry atau ferry jarak jauh Jakarta-Surabaya dinilai perlu melakukan modal shift yang diiringi mental shift atau perubahan berdasarkan mental rasional.
Pakar kemaritiman ITS Surabaya Raja Oloan Saut Gurning menuturkan ide menyediakan jasa ro-ro jarak panjang Jakarta-Surabaya tidaklah mudah. Perubahan sebagian dari truk atau angkutan darat ke laut lewat kapal roll on roll off (Ro-ro) ataupun lewat penguatan kereta api perlu mendasari pada perubahan mental.
"Modal shift juga harus disertai dengan mental shift atau perubahan yang berdasar dengan mental yang rasional dan realistik. Baik secara operasional, komersial maupun kebijakan," jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (16/12/2019).
Menurutnya, modal shift perlu didukung oleh mental shift, khususnya terkait pemilik barang (cargo-owners), operator logistik, rantai kerja sama pelaku usaha serta level kerja sama yang dapat direalisasikan antara pemilik barang, pelayaran ro-ro serta operator logistik.
Mental shift atau kemauan perubahan yang terkait usaha lunak (soft criteria). Sedangkan usaha yang kuat (hard criteria) adalah terkait volume barang yang dapat dirasionalisasi rasio migrasinya; termasuk korelasi jarak dan biaya yang timbul yang idelnya lebih berdaya saing; serta fleksibilitas baik proses bongkar-muat dan distribusi lanjutannya.
"Melihat fakta lapangan di mana beberapa usaha trial and error yang selama ini telah dilakukan, nampaknya inisiasi modal shift ini perlu dilakukan pemerintah ketimbang pihak swasta atau menjadi program awal pilot program yang nantinya perlu dievaluasi dan distimulasi kepada pihak swasta," paparnya.
Sejak 2018, Kementerian Perhubungan selalu gagal melakukan lelang ferry jarak jauh untuk rute Jakarta-Surabaya. Padahal, rute ini dibutuhkan untuk mengurangi beban jalan akibat dari aktivitas angkutan barang di sepanjang jalur pantura.