Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DIRUT PTPP (PERSERO) TBK. LUKMAN HIDAYAT : "Konstruksi Itu Pintu Masuk"

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PTPP dalam beberapa tahun terakhir memperluas portofolio bisnis, seperti ke energi terbarukan, sistem penyediaan air minum (SPAM), dan jaringan gas.
Petugas mengecek kolam penampungan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (15/11/2018)./ANTARA-Zabur Karuru
Petugas mengecek kolam penampungan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (15/11/2018)./ANTARA-Zabur Karuru

Kebutuhan Air Bersih Cukup Besar

Bagaimana perkembangan bisnis SPAM PTPP?

Untuk proyek SPAM di Jatiluhur, kami sudah dapat persetujuan dari Menteri PUPR 10.000 liter per sekon (lps). Proyek itu sedang dalam proses pembuatan kajian bisnis. Kami sebagai unsolicited , konsorsium dengan perusahaan Manila. Mudah-mudahan dalam 6 bulan—ini sudah 3 bulan—kajiannya bisa kami sampaikan kepada PU untuk mendapat persetujuan. Setelah itu, kami bisa jalan.

Soal PT Krakatau Tirta (anak perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dengan kepemilikan saham oleh KRAS 99,9%), kami sampaikan hendak akuisisi. Kami inginnya beli 51%. Kalau saya beli, saya akan gedein. Kami akan bicara dengan Kementerian BUMN untuk bisa akuisisi KTI sehingga bisa kami kembangkan.

PTPP punya target 2024 menjadi pemain air terbesar di Indonesia, entah akuisisi ataupun enggak akuisisi. Sekarang kami sudah banyak , tawaran juga lagi banyak dan kami sedang mengukur kemampuan kami, khususnya sumber daya manusia dan sumber daya keuangan. Mudah-mudahan 2024 kami sudah 20.000 lps.

Kementerian BUMN menyebutkan ada 11 anak perusahaan BUMN yang bergerak di bisnis air bersih dan itu tidak sesuai bisnis inti. Apa komentar Anda?

Kebutuhan air bersih cukup besar. Air itu prospeknya ke depan merupakan hajat hidup orang banyak. PP sendirian enggak sanggup. Kalau semua daerah sudah memanfaatkan, bukan ngebor lagi karena aspek pelestarian lingkungan, mestinya 10 perusahaan besar itu juga bisa. Jadi, kalau itu PP sendirian, kemampuan uangnya, SDM-nya, enggak sanggup, karena kebutuhannya jutaan lps.

Kedua, kami save the planet. Ngebor tanah itu enggak boleh. Semua orang boleh masuk ke situ. Kami menyediakan air baku, menyiapkan prasarana dan sarana pemrosesan air. Namun, yang distribusi bukan kami, melainkan PDAM atau kami salurkan ke kawasan industri.

Terus terang, bisnis air apabila diserahkan ke PDAM, ya enggak berkembang seperti sekarang. Tentunya karena ini bisnis jangka panjang dan hajat hidup orang banyak, bisnis air masih related dengan core business kami.

Kemudian, kami ini sudah terdidik dengan persaingan. Kami terbiasa melakukan kompetisi, termasuk sekarang kami bisa survive, menang dalam persaingan.

Mengenai anak perusahaan yang banyak, anak perusahaan yang kami buat memang dibuat karena aturan. Seperti di proyek tol, kami ada 11 anak perusahaan karena menurut regulasi, kalau punya satu jalur tol, anak perusahaannya satu. Seperti tol Serang—Panimbang, kami gabung dengan Wika. Karena Wika mayoritas, pakai nama Wika. Itu keharusan.

SPAM juga begitu. SPAM yang kami miliki ada di beberapa tempat juga karena aturannya mengharuskan seperti itu.

Kami juga punya kompetensi untuk masuk ke bisnis baru. Jadi, istilahnya, industri konstruksi itu sebagai pintu masuk. Kalau customer atau stakeholder mau, apabila secara kajian bisnis dan kajian lainnya oke, ya kami masuk. Kami make money. Memang intinya sekarang ini bagaimana PP mempertahankan konstruksi sebagai core business dan kontributor utama bagi perusahaan.

Core business kami konstruksi. Apa yang kami lakukan dalam rangka pengembangan dengan anak perusahaan itu harus ada feeding konstruksinya. Contohnya kalau kami bikin SPAM, itu harus ada konstruksinya, misalnya cara membuat air hujan atau air sungai menjadi air minum, itu kami teknologinya ada.

Air laut dengan teknologi SWRO menjadi garam. Itu juga ada feeding konstruksinya. Berbeda dengan misal PP membuat perusahaan agrobisnis. Itu kan tidak ada konstruksinya. Itu baru melenceng. Kecuali kalau ada order, kami bikinkan pabrik atau gudangnya, misalnya.

Bagaimana kinerja anak-anak perusahaan PTPP sejauh ini?

Anak usaha kami itu mencakup kelompok infrastruktur itu di tol, SPAM, melalui anak perusahaan. Di kelompok energi, kami sedang membangun storage. Kemudian di precast, kami punya PP Urban. Sebelumnya, pada 2000-an namanya PT Dirganeka. Kemudian PP Presisi 2016 start. Pada tahun itu anak perusahaan infrastruktur dan energi.

Yang afiliasi so far oke semua walaupun masih dalam konstruksi. Seperti kita ketahui, kalau di tol itu butuh waktu lama. Tahun pertama sampai ketiga masih negatif.

Kalau kami ranking anak perusahaan, rapor hijau itu di PP Presisi yang paling bagus. Kedua, PP Properti. Sebelum market lesu, PP Properti paling bagus. Kontribusi PP Properti masih bagus, sekitar 18%. Selanjutnya adalah PP Infrastruktur. Itu cukup lumayan karena pengembangannya banyak mengarah ke konsesi jasa, jadi laporan atas laba ruginya masih oke. Terus dilanjut oleh PP Urban.

Selanjutnya yang merah adalah PP Energi dan penugasan kepada kami terkait pengembangan Colomadu, revitalisasi pabrik gula untuk destinasi pariwisata. Itu masih merah.

Ketiga, terkait dengan akuisisi kami yang Odira di oil and gas, perlu ada ekstra lagi untuk melakukan work over supaya produksinya meningkat, untuk menaikkan lifting minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper