Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia mulai menjajaki potensi ekspor beras ke kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari target pengiriman komoditas tersebut sebanyak 500.000 ton ke pasar global.
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Banun Harpini mengemukakan sejauh ini negara yang telah dijajaki untuk untuk tujuan ekspor adalah Arab Saudi. Menurutnya, potensi ekspor ke negara tersebut sangat besar mengingat banyaknya warga negara Indonesia yang menunaikan ibadah umrah dan haji.
Selain itu, jumlah tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi pun terbilang banyak, terbesar di kawasan Timur Tengah.
"Tadi saat diskusi dengan Duta Besar Arab Saudi, setidaknya ekspor bukan hanya untuk para jamaah umrah dan haji, tapi TKI kita di sana juga cukup besar," katanya usai menghadiri pertemuan antara Menteri Pertanian dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam A. Abid Al Thagafi di kantor Kementan, Kamis (12/12/2019).
Dalam pertemuan tersebut, Banun pun menyatakan bahwa keinginan Indonesia untuk mengekspor ke Saudi tak lepas dari kebutuhan beras di negara tersebut yang tinggi. Sejauh ini, pasokan beras ke Saudi berasal dari sejumlah negara seperti Thailand dan India.
"Sejauh ini, targetnya memang masih ke diaspora kita yang berada di sana. Namun, tidak menutup kemungkinan permintaan dari pasar lokal Saudi pun besar," imbuhnya.
Selain menjajaki ekspor beras, Indonesia pun menawarkan komoditas lain seperti produk-produk peternakan dan hortikultura. Dia menjelaskan bahwa sejauh ini ekspor produk peternakan Indonesia baru mencakup olahan unggas.
Ke depan, Indonesia bakal menawarkan ayam beku di tengah terbatasnya pasokan asal Brasil akibat bakteri Salmonella.
"Selama ini, pasokan ayam untuk Arab Saudi dari Brasil, tetapi di sana sedang terserang Salmonella sehingga untuk sementara ayam Brasil tidak masuk Arab Saudi. Dari situ, Indonesia bisa mengambil peluang," imbuhnya.
Adapun selama periode Januari-September 2019, nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke Arab Saudi tercatat mencapai US$258,34 juta dengan subsektor perkebunan menyumbang US$244,01 juta. Adapun nilai impor asal Saudi selama periode ini berada di angka US$4,79 juta. Dengan demikian, Indonesia menikmati surplus senilai US$253,54 juta.