Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mulai mengekspor alat pengukur perkerasan jalan negara tujuan pertama adalah Timor Leste. Ekspor perdana ini diharapkan menjadi awal yang baik untuk dilanjutkan ke negara lain, seperti India dan Srilanka.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa Timor Leste menjadi negara tujuan ekspor pertama untuk APKJ dan selanjutnya akan dilakukan ekspor ke India dan Srilanka.
"Namanya juga ekspor perdana, mudah-mudahan ada ekspor-ekspor lainnya. Sementara ini, lima unit diekspor ke Timor Leste. Selanjutnya [akan diekspor] ke India dan Srilangka," ujarnya di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Alat pengukur perkerasan jalan yang di dunia internasional dikenal dengan nama falling weight deflectometer merupakan produk lokal hasil pengembangan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR dan PT Panairsan Pratama.
Menteri Basuki berharap agar alat yang dinamai FWD Bima dan dibanderol Rp1,8 miliar per unit ini juga terus digunakan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, termasuk pula penggunaan produk-produk dalam negeri lainnya.
"Di dalam negeri penggunaan alat ini sudah dimulai di Bina Marga dan beberapa balai di beberapa daerah. Konsistensi kebijakan pemanfaatan ini yang harus keras [ditegakkan]," katanya.
Baca Juga
Direktur Utama PT Panairsan Pratama Herlina Ardjakusumah menambahkan bahwa setelah diproduksi secara massal, produk ini telah dibeli oleh berbagai institusi di dalam negeri, antara lain BBPJN II Medan Sumatera Utara, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bengkulu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Aceh.
Alat pengukur perkerasan jalan adalah adalah alat pengujian untuk mengukur besarnya nilai lendutan perkerasan jalan yang mencerminkan kekuatan struktur perkerasan jalan.
Alat ini termasuk tipe alat penyelidikan lapangan yang tidak merusak (non-destructive), dengan mengukur lendutan akibat beban dinamis atau beban yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu ke permukaan jalan melalui pelat beban.