Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Produk Sawit Berkelanjutan Belum Semarak

Pasar produk sawit berkelanjutan masih belum semarak. Serapan yang masih di bawah harapan membuat pasokan sawit hijau terus memperlihatkan tren surplus. 
Buah kelapa sawit/Antara
Buah kelapa sawit/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar produk sawit berkelanjutan masih belum semarak. Serapan yang masih di bawah harapan membuat pasokan sawit hijau terus memperlihatkan tren surplus. 

Data Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menunjukkan bahwa total pasokan sawit bersertifikat berkelanjutan (certified sustainable palm oil/CSPO) sampai Oktober 2019 mencapai 11,85 juta ton. Di sisi lain, volume CSPO yang diperdagangkan secara global pada periode yang sama hanya berjumlah 5,8 juta ton atau 49% dari total pasokan. 

Volume penjualan CSPO sejatinya terus tumbuh sejak 2016 di kisaran 3,67% setiap tahunnya. Kendati demikian, serapannya stagnan di kisaran 47%–53% dari total pasokan yang setiap tahun memperlihatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,37% untuk periode 2016–2018. 

Direktur RSPO Indonesia Tiur Rumondang tak memungkiri jika serapan CSPO secara global belumlah setinggi pasokan. Menurutnya, tingkat serapan CSPO akan sangat bergantung pada perilaku pembelian (purchasing behaviour) konsumen produk sawit. 

“Bagaimanapun mereka yang ingin menjual produk sawit akan sangat responsif terhadap pergerakan pasar. Artinya jika pasar ingin membeli, pemasok akan sediakan. Ini adalah sifat alami dari bisnis ritel. Kita tidak bisa salahkan itu,” kata Tiur ketika dihubungi Bisnis, Rabu (4/12/2019). 

Menurutnya, upaya edukasi terhadap masyarakat selaku konsumen harus terus berlanjut. Kendati demikian, dia mengaku waktu yang diperlukan tidaklah sebentar. 

Dalam rangka mendongkrak serapan CSPO, Tiur mengemukakan bahwa RSPO telah menyiapkan sebuah mekanisme yang disebut ‘shared responsibility’ yang ditujukan kepada seluruh anggota RSPO. Dalam mekanisme ini, anggota RSPO diharapkan dapat menjalankan komitmen penerapan keberlanjutan sesuai peran masing-masing. 

Untuk anggota yang bergerak di lini konsumen dan pelaku manufaktur misalnya, mereka diharapkan dapat meningkatkan serapan sebanyak 15% setiap tahun terhitung sejak 2019. Jika anggota A menyerap 10% dari total pasokan pada 2019, maka pada 2020 diharapkan serapan ini dapat meningkat menjadi 25%. 

Tiur mengemukakan mekanisme ini disiapkan untuk menjamin bahwa CSPO yang diproduksi oleh anggota sesuai dengan permintaan pada pengguna akhir. Terlepas dari upaya peningkatan serapan antarsesama anggota RSPO, masalah lain yang kerap menjadi sorotan adalah nihilnya harga premium dalam transaksi CSPO. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper