Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CAD Tidak Membaik, Presiden Sebut Ada Pihak yang Masih Suka Impor Minyak. Siapa?

Pemerintah memiliki sejumlah solusi untuk menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan seperti produksi produk subtitusi impor serta kebijakan biofuel.
Presiden Joko Widodo./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Joko Widodo./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo menyatakan banyak pihak yang masih senang mengimpor minyak sehingga neraca transaksi berjalan Indonesia terus mengalami defisit sampai saat ini.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam acara makan siang bersama wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12/2019). Jokowi tidak menyebutkan siapa pihak yang dimaksud tersebut.

Menurutnya, pemerintah memiliki sejumlah solusi untuk menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) seperti produksi produk subtitusi impor serta kebijakan biofuel.

"Kenapa ini enggak bisa dikerjakan bertahun-tahun? Ya karena masih banyak yang senang impor minyak. Gampang, menyelesaikan masalah dengan impor itu paling mudah. Untungnya juga gede, bisa dibagi ke mana-mana," kata Jokowi menyindir pihak yang senang mengimpor minyak.

Seperti diketahui, neraca transaksi berjalan Indonesia terus defisit. Terbaru, Bank Indonesia mengumumkan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2019 tercatat sebesar US$7,7 miliar atau 2,7% dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar atau 2,9% dari PDB.

Defisit transaksi berjalan itu telah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun. "Problem kita memang bertahun-tahun current account deficit, defisit neraca perdagangan, enggak bisa selesai-selesai. Karena kita tahu yang namanya impor migas gede banget," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan Indonesia memiliki sumur-sumur minyak yang hasil produksinya seharusnya dapat ditingkatkan. Apabila hasil produksi itu kurang, ujar Jokowi, baru impor. Jokowi tidak ingin Indonesia menggantungkan diri kepada impor

"Kalau barang impor bisa diproduksi di dalam negeri kenapa harus kita impor. Contoh tadi minyak dan pembangunan kilang minyaknya, refinerynya. Sudah 30 tahun lebih kita enggak bangun satu kilang pun," kata Jokowi.

Apabila kilang itu dibangun maka Indonesia juga dapat memproduksi produk turunan seperti petrokimia. Jokowi mempertanyakan kenapa Indonesia masih mengimpor petrokimia padahal kesempatan untuk memproduksi produk itu terbuka lebar.

"Ini ada apa? Ini yang mau kita selesaikan ini. Ini gede banget ini kalau bisa selesaikan refinery dan impor-impor petrokimia akan anjlok turun," kata Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper