Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memberi sinyal akan mempertahankan kebijakan moneternya yang akomodatif untuk menopang ekonomi menghadapi perlambatan global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan BI akan terus melancarkan bauran kebijakannya pada 2020, yang telah membantu mendukung perekonomian tahun ini.
Dalam pertemuan yang berakhir pada 21 November, BI memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 basis poin.
BI juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5 persen setelah melakukan pemangkasan sebesar 100 basis poin sejak Juli 2019.
Seiring dengan dampak negatif yang ditimbulkan perang perdagangan Amerika Serikat-China terhadap permintaan komoditas, pemerintah telah menawarkan keringanan pajak kepada perusahaan dan pembeli properti guna menopang pertumbuhan.
“Bauran kebijakan tersebut menghasilkan inflasi yang rendah, nilai tukar yang stabil, dan sistem keuangan yang stabil," ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Kamis (28/11/2019), seperti dilansir melalui Bloomberg.
"Kami telah menggunakan semua instrumen untuk mendorong momentum pertumbuhan. Kami akan melanjutkan bauran kebijakan ini pada tahun 2020," sambungnya.
Meski mengakui upaya dari pemerintah dan lembaga-lembaga lain, Perry menegaskan bahwa BI tidak bisa menjadi satu-satunya yang diandalkan dalam merangsang pertumbuhan.
"Kebijakan moneter tidak efektif jika diandalkan sendiri. Pemangkasan suku bunga dan injeksi likuiditas belum dapat menyelamatkan dunia,” lanjut Perry.
Setelah menaikkan suku bunga pada tahun lalu untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI telah mengalihkan fokusnya untuk mendukung pertumbuhan di tengah perlambatan global.
Bank Indonesia lebih lanjut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat dalam kisaran 5,1 persen-5,5 persen pada 2020.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan pada 2020 diproyeksikan akan berada dalam kisaran 2,5 persen-3 persen dari PDB dimana surplus transaksi modal dan finansial tetap besar sehingga mendukung stabilitas eksternal. Adapun nilai tukar rupiah pada 2020 diperkirakan bergerak stabil.