Bisnis.com, JAKARTA - Wacana Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang akan mengambil alih perizinan obat (pengawasan prapasar) untuk menekan mahalnya harga obat diklaim menunjukkan bahwa Kementerian Kesehatan tidak paham persoalan hulu masalah obat dan persoalan industri farmasi.
Ketua pengurus harian YLKI Tulus Abadi mengatakan bahwa masalah utama mahalnya harga obat jelas bukan masalah perizinan, tetapi masalah bahan baku obat yang hampir 100% masih impor dan rantai distribusi obat yang sangat panjang.
Bahkan, dugaan adanya mafia impor obat inilah pemicu mahalnya harga obat.
"Jadi kalau Menkes ingin menekan harga obat ke level yang lebih murah, maka Menkes harus mendorong untuk mengurangi impor bahan baku obat dan membuka keran bagaimana industri bahan baku obat bisa difasilitasi di Indonesia. Masak kalah sama Thailand? Juga membuat distribusi obat bisa lebih sederhana. Bahkan memberantas adanya dugaan mafia impor bahan baku obat," kata Tulus dalam keterangan pers, Rabu (27/11).
Menurutnya, meski perizinan obat diambil alih oleh Menkes, hal itu tidak akan mampu menurunkan harga obat, karena duduk persoalannya memang bukan pada perizinan.
Alih alih perizinan di Kemenkes malah menjadi masalah baru, dan harga obat malah kian mahal.