Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Shortfall Pajak 2019 Diperkirakan Melebar Capai Rp259 Triliun

Dengan mengasumsikan tax buoyancy tetap bertahan sebesar 0,03 hingga akhir tahun, maka terdapat kemungkinan titik terendah realisasi penerimaan pajak menyentuh hingga Rp1.318 triliun (83,6% dari target). 
Karyawan berkomunikasi di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan berkomunikasi di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Bisnis.com, JAKARTA - Partner DDTC Fiscal Research Bawono Kristiaji memperkirakan shortfall penerimaan pajak tahun 2019 melebar dari outlook.
 
Dia mengatakan, melihat perkembangan tekanan ekonomi yang semakin besar, terganggunya tingkat konsumsi dan impor, serta kinerja sektor yang berkontribusi secara dominan dalam penerimaan, 
maka risiko terburuk perlu diantisipasi. 
Menurutnya, dengan mengasumsikan tax buoyancy tetap bertahan sebesar 0,03 hingga akhir tahun, maka terdapat kemungkinan titik terendah realisasi penerimaan pajak menyentuh hingga Rp1.318 triliun (83,6% dari target). 
"Dengan demikian shortfall
pada tahun 2019 terancam melebar hingga Rp259 triliun," kata Bawono, Selasa dikutip dari Working Paper Metode dan Teknik Proyeksi Penerimaan Pajak, Selasa (19/11/2019).
Bawono telah melakukan berbagai model untuk memproyeksikan penerimaan pajak tahun 2019. Dalam contoh yang dilakukan, jika tax buoyancy tahun 2019 diperkirakan lebih mendekati nilai tax buoyancy tahun sebelumnya, maka penerimaan pajak tahun 2019 akan cenderung lebih mendekati nilai Rp1.504 triliun.
Namun, dengan mempertimbangkan tax buoyancy tahun 2019 akan jauh berbeda dengan tahun 2018, 
maka kita juga dapat menggunakan nilai tax buoyancy tahun berjalan (per  September). Dengan 
asumsi ini, nilai penerimaan pajak tahun 2019 akan lebih mendekati nilai Rp1.318 triliun.
Lebih lanjut, perumusan model proyeksi juga dapat turut mempertimbangkan pengaruh yang tidak hanya berasal dari PDB, tapi juga variabel-variabel lainnya, seperti inflasi, nilai impor, nilai tukar, dan variabel lainnya yang signifikan. 
"Dalam hal ini, metode Vector Autoregressive [VAR] paling tepat digunakan. Dari model 
tersebut, diperoleh hasil estimasi proyeksi berkisar antara Rp1.361 triliun sampai Rp1.398 triliun," jelasnya.
Sementara itu, Yustinus Prastowo mengatakan secara umum masalah utama dalam dalam penerimaan pajak adalah kepatuhan, lebih tepatnya adalah ekstensifikasi.
"Banyak yang belum ter-capture dalam sistem perpajakan," jelasnya.
Dengan persoalan tersebut, menurut Prastowo, perlu sebuah sistem yang mengintegrasikan semua data sehingga proses pemanfaatan data bisa lebih optimal.
"Di samping itu aturan memang memberi celah avoidance misalnya threshold Rp4,8 miliar untuk pengusaha kena pajak membuat sulit ekstensifikasi PPN," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper