Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Minyak Global Memuncak pada 2030, Setelah itu Diprediksi Terjun

Dalam laporan World Energy Outlook, IEA menjabarkan, tingkat pertumbuhan minyak saat ini sebesar 1 juta barel per hari (bph) akan bertahan untuk 5 tahun ke depan.
Pangkalan minyak terapung Kaombo Norte terlihat dari helikopter di lepas pantai Angola, 8 November 2018./REUTERS-Stephen Eisenhammer
Pangkalan minyak terapung Kaombo Norte terlihat dari helikopter di lepas pantai Angola, 8 November 2018./REUTERS-Stephen Eisenhammer

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) melaporkan permintaan akan minyak global akan mencapai puncaknya pada 2030-an, karena penggunaan mobil dan kendaraan listrik yang lebih efisien. Hal itu mengakhiri ekspansi dominan energi fosil tersebut pada abad lalu.

Dalam laporan World Energy Outlook, IEA menjabarkan, tingkat pertumbuhan minyak saat ini sebesar 1 juta barel per hari (bph) akan bertahan untuk 5 tahun ke depan. Setelahnya, permintaan cuma sampai 100.000 bph pada 2030-an.  Pada saat itu, penggunaan bahan bakar berbasis minyak dalam mobil penumpang akan memuncak.

“Puncak permintaan minyak 2030,” kata Fatih Birol, Direktur Eksekutif badan yang berbasis di Paris, Prancis tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/11/2019).

Menurutnya pertumbuhan permintaan minyak masih menguat hingga 2025, tetapi setelah itu berubah melambat.

Prospek dari puncak permintaan minyak telah menyebar di industri ini dalam beberapa tahun terakhir, karena sejumlah negara berusaha mencegah bencana perubahan iklim. Untuk mengantisipasinya, mereka mendiversifikasi bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber bahan bakar energi terbarukan yang lebih murah.

Sementara itu, IEA melihat tidak ada puncak permintaan definitif. Namun, stagnasi permintaan yang diproyeksikan tersebut akan memiliki konsekuensi berdampak jauh.

Peringatan itu datang pada saat yang sulit bagi Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, yang menjual saham di perusahaan minyak milik negara sebagai bagian dari persiapan untuk dunia rendah karbon. Kerajaan mengakui risiko permintaan puncak dalam prospektus untuk penawaran umum perdana.

Dari pasar berjangka, harga acuan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,40% atau 0,23 poin ke posisi US$56,23 per barel, pukul 14:03 WIB, sedangkan harga minyak mentah Brent turun 0,47% atau 0,29 poin ke posisi US$61,77 per barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper