Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) telah mendistribusikan B20 sebanyak 61,48 juta kiloliter (KL) dengan total FAME (fatty acid methyl ester) yang diserap mencapai 13,71 juta KL, sejak 2016 hingga September 2019.
B20 adalah program pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20% biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis solar.
Pada 2018, penyerapan FAME mencapai 3,2 juta KL, sementara hingga September 2019 penyerapan FAME telah mencapai 4,02 juta KL atau 67% dari target penyaluran tahun ini.
Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif mengatakan, bahwa pihaknya akan terus melakukan pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan program B20. Pengembangan ini juga sekaligus mendukung program bauran energi terbarukan yang ditargetkan pemerintah sebesar 23% pada 2025.
Setelah sukses dengan B20, tahun depan program B30 akan mulai diuji coba, sesuai dengan kebijakan Pemerintah. Pertamina juga telah melakukan ujicoba Biorefinery (kilang hayati) pertama di Indonesia, melalui metode co-processing pada kilang Dumai dan Plaju. Hal ini menjadikan Pertamina siap mengembangkan BBN dengan bahan baku CPO (crude palm oil).
“Sejalan dengan program perluasan penggunaan B20, penyerapan FAME dalam 2 tahun terakhir menunjukkan peningkatan signifikan. Pertamina terus memperluas pasokan B20 tidak hanya untuk kendaraan bermotor tetapi juga untuk kebutuhan industri,” terang Budi dalam keterangan resmi, Kamis (7/11/2019).
Menurut Budi, sejak 2016 pihaknya telah memproduksi BBN B20 baik untuk PSO (public service obligation) maupun non-PSO yang dikembangkan secara luas sejalan dengan mandatori perluasan B20 oleh pemerintah pada 1 September 2019.
“Program Green Refinery ini ditargetkan tuntas pada tahun 2024 sehingga kita akan memasuki era baru menuju Indonesia hijau,” pungkas Budi.