Bisnis.com, JAKARTA– Penambahan target penarikan utang melalui surat berharga negara (SBN) masih belum mengurungkan niat pemerintah untuk menarik pinjaman tunai luar negeri pada kuartal IV/2019.
Dalam laporan semester I APBN 2019 pemerintah menuliskan bahwa bakal ada potensi penarikan pinjaman tunai sebesar US$1 miliar hingga US$2 miliar yang rencananya akan ditarik pada kuartal IV/2019. Pinjaman tersebut berfungsi sebagai buffer untuk pembiayaan.
Terkait dengan pinjaman tunai tersebut, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan penarikan pinjaman tunai luar negeri tersebut masih belum tentu dibatal. "Sifatnya masih situasional," ujarnya singkat, Kamis (7/11/2019).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pemerintah telah memperlebar defisit anggaran dari outlook sebesar 1,93% dari PDB menjadi 2-2,2% dari PDB.
Berdasarkan estimasi Bisnis, defisit anggaran bertambah dari outlook sebesar Rp310,81 triliun menjadi Rp322 triliun hingga Rp354 triliun.
Akibatnya pelebaran defisit, pemerintah pun meningkatkan target utang SBN Rp381,83 triliun menjadi Rp439,03 triliun.
Adapun per 6 November 2019 SBN yang sudah ditarik adalah sebesar Rp428,8 triliun atau 97,67% dari target baru.
Dalam rangka menambal defisit yang melebar, pemerintah juga telah menerbitkan global bonds berdenominasi valas yakni USD Bonds dan Euro Bonds dengan nominal masing-masing sebesar US$1 miliar dan EUR1 miliar yang setara Rp29,61 triliun.