Bisnis.com, MANGUPURA - Peningkatan pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di negara-negara produsen utama pada 2020 mendatang diperkirakan bakal mendongkrak volume permintaan global.
Direktur Utama Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit (CPOPC) Tan Sri Datuk Yusof Basiron mengemukakan konsumsi CPO setidaknya akan meningkat 5 juta ton seiring rencana bauran CPO dalam bahan bakar kendaraan dari B10 menjadi B20 untuk Malaysia dan B20 menjadi B30 di Indonesia.
Di sisi lain, Yusof mengatakan pasokan CPO dari negara produsen hanya akan tumbuh 2,5 juta ton sebagai dampak dari kekeringan yang terjadi tahun ini. Dengan demikian, stok total CPO akan lebih rendah sehingga bisa mendongkrak harga di level global.
Kendati memperkirakan harga akan membaik dengan peningkatan serapan biodiesel, Yusof belum bisa memperkirakan berapa besarannya secara pasti. Namun menurutnya, harga ideal CPO untuk saat ini berkisar di angka 2.600 ringgit per ton.
"Pekan lalu harga CPO berkisar di 2.300 ringgit per ton, sekarang harga 2.500 ringgit. Dalam sepekan perubahannya signifikan. Artinya, memperkirakan harga bukanlah hal yang mudah," katanya kepada wartawan di sela-sela konferensi industri sawit di Nusa Dua, Kamis (31/10/2019).
Potensi resesi yang membayangi ekonomi global pada 2020 mendatang pun disebutnya tak akan banyak berpengaruh pada permintaan CPO. Sebagai salah satu minyak nabati dengan harga jual yang bersaing, dia mengatakan konsumsi CPO untuk pangan bakal tetap tinggi seiring pertumbuhan penduduk.
"Sebagian besar konsumsi CPO adalah untuk pangan dan permintaanya terus tumbuh seiring pertambahan penduduk. Harga CPO pun murah jika dibanding minyak nabati lainnya," ujar Yusof.