Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daging Ayam Diperkirakan Sumbang Inflasi Oktober

Bisnis.com mencatat, berdasarkan data Survei Pemantauan Harga dari Bank Indonesia, memang sampai pekan keempat Oktober ini kenaikan harga disumbang oleh beberapa komoditas yakni daging ayam ras sebesar 0,06%, bawang merah inflasi 0,02%, dan inflasi dari rokok kretek filter sebesar 0,02%.
Pedagang menata daging ayam di lapaknya di Pasar Kosambi Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1)./JIBI-Rachman
Pedagang menata daging ayam di lapaknya di Pasar Kosambi Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi pada Oktober 2019 diprakirakan hanya 3,2% (yoy), atau 0,13 % (mtm) dari bulan sebelumnya dengan penyumbang terbesar adalah daging ayam.

Hal itu diungkapkan oleh ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana yang menyatakan secara lebih rinci, inflasi Oktober 2019 kemungkinan masih 0,13% (mtm) atau secara total 3,24% (yoy).

“Penyumbang dari bahan baku makanan yaitu daging ayam, dan makanan jadi,” tutur Wisnu kepada Bisnis.com, Kamis (31/10/2019).

Bisnis.com mencatat, berdasarkan data Survei Pemantauan Harga dari Bank Indonesia, memang sampai pekan keempat Oktober ini kenaikan harga disumbang oleh beberapa komoditas yakni daging ayam ras sebesar 0,06%, bawang merah inflasi 0,02%, dan inflasi dari rokok kretek filter sebesar 0,02%.

Sepanjang Oktober 2019 pun masih ada sejumlah komoditas mengalami deflasi antara lain cabai merah -0,06%, telur ayam ras -0,04%, cabai rawit -0,03%, dan tarif dasar angkutan udara -0,02%.

Senada dengan Wisnu, SVP Ekonom BNI, Ryan Kiryanto juga memprediksi inflasi pada Oktober 2019 berkisar 0,1% (mtm), sehingga inflasi berkisar 3,22% (yoy).

“Kenaikan harga sektor pangan mendorong laju inflasi bulan Oktober,” tutur Ryan.

Meski demikian, tak menutup kemungkinan pada kuartal IV/2019, inflasi akan membesar mengingat adanya libur akhir tahun dan Hari Raya Natal.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyatakan, kemarau panjang mulai Oktober ini diprakirakan akan sedikit mengganggu produksi pangan. Alhasil, inflasi pangan berpeluang naik, bisa berada di atas 3,3% dari kondisi saat ini 3,19% yang terpantau oleh Bank Indonesia.

"Efek ke daya beli masih sulit karena inflasi terlalu rendah juga menjadi disinsentif bagi orang untuk berusaha karena keuntungan berkurang," tutur Tauhid.

Tauhid lantas memprakirakan, dengan kondisi inflasi sekarang, daya beli pada kuartal IV bisa berpeluang melemah. Imbasnya nanti adalah pada melambatnya penciptaan lapangan kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper