Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Menghantui, PMI Manufaktur China Memburuk

Kondisi sektor manufaktur China dilaporkan memburuk di tengah pergulatan perusahaan-perusahaan menghadapi lesunya permintaan domestik dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi sektor manufaktur China dilaporkan memburuk di tengah pergulatan perusahaan-perusahaan menghadapi lesunya permintaan domestik dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China pada Kamis (31/9/2019), indeks manajer pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur pada Oktober turun menjadi 49,3, level terendah sejak Februari.

Raihan tersebut lebih buruk daripada proyeksi dalam survei ekonom Bloomberg yakni 49,8. Meski demikian, indeks non-manufaktur berada di level 52,8, di atas level 50 yang membatasi ekspansi dan kontraksi.

“Sektor manufaktur China terus bergulat, dengan PMI tergelincir lebih dalam ke dalam kontraksi pada Oktober," ujar Chang Shu, Kepala Ekonom Asia, dan David Qu, Ekonom Bloomberg.

Setelah tertekan pada kuartal ketiga, peluang untuk stabilisasi di sektor manufaktur China bergantung pada keberhasilan upaya stimulus pemerintah dan dorongan optimisme dari kesepakatan perdagangan parsial dengan Amerika Serikat.

Chile telah menarik diri sebagai tuan rumah KTT perdagangan APEC pada November mendatang. Padahal, agenda tersebut diperkirakan bakal dimanfaatkan oleh pemerintah AS dan China untuk mengambil langkah-langkah besar mengakhiri perang dagang antara kedua negara.

Meski keputusan Chile memunculkan pertanyaan tentang kapan para pemimpin AS dan China akan bertemu untuk menandatangani kesepakatan perdagangan, kedua belah pihak tampaknya berkomitmen untuk meredakan ketegangan.

“Perang perdagangan AS-China tetap menjadi faktor utama yang menyeret produksi industri, sementara liburan panjang di bulan itu (Oktober) juga berkontribusi terhadap penurunan tersebut,” ujar Yao Shaohua, seorang ekonom di ABCI Securities Co. Ltd.

“Kebijakan moneter tidak memiliki banyak ruang untuk pelonggaran, sedangkan kebijakan fiskal telah banyak dilakukan. Apakah produksi dapat meningkat di masa depan masih bergantung pada bagaimana pembicaraan perdagangan berjalan,” tambahnya.

Hasil yang lebih buruk dari perkiraan meningkatkan tekanan pada para pembuat kebijakan. Para pejabat pemerintah telah mencoba untuk bertahan dengan stimulus terbatas karena khawatir akan kembali membangkitkan pertumbuhan utang.

“Baik PMI manufaktur maupun non-manufaktur sangat mengecewakan, dan stabilisasi pertumbuhan tampaknya menjadi prioritas jika pihak otoritas ingin mengamankan pertumbuhan ekonomi 6 persen pada kuartal keempat,” ujar Raymond Yeung, kepala ekonom di Australia & New Zealand Banking Group Ltd.

“Pemangkasan suku bunga bisa menjadi langkah cepat untuk mengelola beberapa sentimen terutama jika pasar khawatir tentang pembatalan APEC di Chile yang mempengaruhi penandatanganan kesepakatan Fase Satu,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper