Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Investasi Logam & Elektronik Sokong Daya Saing Manufaktur Nasional

Saat ini sektor manufaktur tengah bersiap menghadapi perkembangan revolusi industri 4.0.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian berharap arus investasi baru dan ekspansi pelaku industri di industri logam, mesin alat transportasi, dan elektronik yang kian gencar dapat mendongkrak daya saing produk manufaktur nasional.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengatakan hingga triwulan II/2019 nilai investasi di sektor itu mencapai Rp22,2 triliun. Industri logam dasar berkontribusi paling besar dengan nilai investasi mencapai Rp13,4 triliun.

Industri kendaraan bermotor menyusul dengan investasi sebesar Rp4,71 triliun, sedangkan investasi di industri komputer, barang elektronik dan optik mencapai Rp2,08 triliun. Menurutnya, ekspansi dan investasi baru itu akan mendorong pengembangan produk manufaktur yang lebih kompetitif.

“Guna menggenjot daya saing industri kita, tentunya diperlukan dukungan ketersediaan bahan baku, SDM kompeten, suplai energi yang cukup, serta penggunaan teknologi dan permesinan dalam proses produksi,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenperin, Rabu (30/10/2019).

Menurut Harjanto, saat ini sektor manufaktur tengah bersiap menghadapi perkembangan revolusi industri 4.0. Implementasinya mengandaikan adanya integrasi lini produksi di sektor industri dengan jaringan internet sebagai penopang utama.

Revolusi industri 4.0 yang dijalankan dalam program Making Indonesia 4.0 dinilai menjadi solusi dalam memacu sektor manufaktur nasional agar terus berinovasi. Inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien dan efektif diyakini akan mempercepat peningkatan daya saing industri dalam negeri secara signifikan.

“Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan posisi daya saing Indonesia. Hal ini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” kata Harjanto.

Harjanto mengatakan revolusi industri 4.0 juga akan menambah lapangan kerja yang memerlukan keterampilan khusus. Spesialisasi industri baru akan bermunculan dan membutuhkan tenaga kerja terampil dengan kemampuan yang lebih spesifik dan tingkat upah yang lebih baik.

“Kemenperin telah mendorong pola pendidikan vokasi industri yang mengutamakan adanya link and match antara SMK dengan Industri. Melalui upaya tersebut, diharapkan SMK dapat menyediakan SDM yang sesuai kebutuhan industri.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper