Nadiem Anwar Makarim, sosok yang kini jadi perbincangan hangat masyarakat lantaran ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Penunjukkan Nadiem sebagai Mendikbud tentu mengejutkan masyarakat. Banyak yang bertanya-tanya apa tujuan Presiden Joko Widodo menunjuk Nadiem yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman di bidang pendidikan.
Nadiem selama ini dikenal sebagai pebisnis yang sukses mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang saat ini tercatat sebagai salah satu decacorn di dunia dengan valuasi lebih dari US$10 miliar, yakni GoJek. GoJek yang berangkat dari penyedia layanan transportasi daring atau ride sharing saat ini telah bertransformasi menjadi penyedia 20 layanan yang didukung oleh platform pembayaran non-tunai GoPay.
Apabila melihat sepak terjangnya, tentu tak ada yang mengira jika Nadiem itu ditunjuk sebagai Mendikbud. Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 itu sebelumnya malah digadang-gadang akan mengisi kursi Menteri Komunikasi dan Informatika atau Kementerian Ekonomi Digital yang akhirnya batal diwujudkan pada periode kepemimpinan Presiden Jokowi yang kedua.
Ketika ditemui usai prosesi serah terima jabatan di Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (23/10), pria yang mengaku ingin dipanggil sebagai ‘Mas Menteri’ itu tak menampik bahwa dirinya perlu belajar banyak dari seluruh jajaran Kemendikbud dan pakar-pakar pendidikan yang ada di Tanah Air. Bahkan, dia juga menyebut tidak ada rencana 100 hari pertama yang biasanya diungkapkan oleh menteri di awal masa jabatannya.
“Sejujurnya saya tidak punya rencana 100 hari. Tapi saya akan duduk, mendengar, serta berbicara dengan pakar-pakar [pendidikan] yang ada di hadapan saya saat ini. Saya sudah mempersiapkan dir. Mohon untuk semua dirjen (direktur jenderal) baik dari Dikbud (Pendidikan dan Kebudayaan) dan Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk bersabar dengan saya. Walaupun bukan dari kalangan pendidikan, saya adalah murid yang baik,” ungkapnya.
Sebagai catatan, pada Kabinet Indonesia Maju wewenang pengelolaan pendidikan tinggi dikembalikan lagi kepada Kemendikbud setelah sebelumnya menjadi wewenang Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Adapun saat ini Kemenristekdikti kembali berubah menjadi Kemenristek yang membawahi Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Walaupun mengaku masih perlu belajar banyak, Nadiem menyatakan kesiapannya untuk mewujudkan visi pemerintahan Presiden Jokowi yang menginginkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan di masa depan, terutama kebutuhan industri. Oleh karena itu, Nadiem menekankan pentingnya pendidikan berbasis karakter dan kompetensi dengan sejumlah terobosan berbasis teknologi.
Ketika ditanya terobosan apakah yang disiapkan, dia enggan memberikan penjelasan lebih lanjut lantaran masih perlu membicarakan hal tersebut dengan jajaran Kemendikbud dan pakar-pakar pendidikan di Tanah Air. Namun yang jelas, terobosan tersebut akan menitikberatkan pada kapabilitas guru dan kolaborasi dengan seluruh pihak terkait, tak terkecuali pelaku industri.
“Saya mengerti apa yang ada di masa depan kita nantinya. Kebutuhan pekerjaan di masa depan akan sangat berbeda, link and match [antara institusi pendidikan dengan pelaku industri] itu adalah visi Presiden Jokowi. Saya akan mencoba menyambungkan apa yang dilakukan di institusi pendidikan dan apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan,” kata Nadiem.
Pendahulu Nadiem yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan ada empat pekerjaan rumah yang dititipkan oleh dirinya. Keempat program tersebut antara lain program penguatan pendidikan karakter di sekolah, Kartu Indonesia Pintar (KIP), melanjutkan revitalisasi sekolah, dan memperluas sistem zonasi sekolah.
Muhadjir berharap agar Nadiem bisa melanjutkan program-program tersebut dengan baik. Selain itu, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu juga menyatakan kesiapannya apabila diminta oleh Nadiem untuk memberikan masukan.
“Terus lanjutkan apa yang dilakukan oleh saya, pejabat sebelum saya apabila itu dianggap baik. Silakan dievaluasi mana yang bisa dilanjutkan, mana yang tidak relevan dan harus direvisi. Pejabat disini sangat menguasai masalah, tetapi kalau ada hal yang perlu saya bantu, saya akan sangat terbuka untuk itu,” kata Muhadjir.
Adapun terkait dengan sistem zonasi sekolah yang menuai pro dan kontra, Muhadjir menyerahkan sepenuhnya hal tersebut kepada Nadiem selaku Mendikbud baru. Saat ditanya mengenai hal tersebut Nadiem kembali mengatakan bahwa dirinya masih belum bisa memberikan tanggapan lantaran masih perlu belajar.
“Saya masih belajar [mengenai seluk beluk] dunia pendidikan dan kementerian ini, tapi saya belajarnya cepat kok,” tegas Nadiem.
Secara terpisah, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menyatakan bahwa pihaknya meragukan kemampuan Nadiem untuk menjadi Mendikbud. Menurutnya, Nadiem tidak cocok menjadi pemimpin di Kemendikbud yang dipenuhi oleh SDM berpendidikan tinggi dan memiliki latar belakang dunia pendidikan.
“Nadiem memang Alumni Brown University dan juga alumni Harvard Business School di Amerika Serikat (AS). Tetapi dia tahu apa soal pendidikan di negeri ini? Nadiem sukses mengelola bahkan menghidupi ribuan manusia sebagai driver dan membantu memindahkan orang, makanan, dan barang dalam jumlah yang sangat banyak setiap harinya, tetapi bisa apa Nadiem menangani dunia pendidikan kita yang payah ini,” kata Ramli kepada Bisnis.
Meski demikian, Ramli yakin sepenuhnya Presiden Jokowi pasti punya harapan tersendiri terhadap Nadiem. Boleh jadi setelah melihat percobaan Mendikbud bergelar preofessor yang berulang kali tak memuaskan, kini Presiden Jokowi ingin memilih Mendikbud yang segar dan tidak banyak bicara mengenai teori alias punya keberanian untuk langsung mengeksekusi kebijakan.
"Secara pribadi, saya pernah mendapati dua kadis (kepala dinas) sukses dengan inovasi dan problem solving yang luar biasa meskipun tak punya latar belakang di dunia pendidikan sama sekali yaitu Irman Yasin Limpo, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sulawesi Selatan dan Abdul Rahman Bando, Kadisdik Makassar," ungkapnya.
Kemudian Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menyebut tidak ada yang salah dengan ditunjuknya Nadiem yang sama sekali tidak memilki pengalaman di bidang pendidikan sebagai Mendikbud. Menurutnya, Presiden Jokowi pasti telah mempertimbangkan segala sesuatu sebelum menunjuk menteri yang akan membantunya menjalankan pemerintahan selama 5 tahun kedepan.
Shinta juga tak menampik bahwa pemerintahan saat ini membutuhkan sosok seperti Nadiem, muda, cerdas, dan tentunya diharapkan mampu menghadirkan terobosan-terobosan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Termasuk diantaranya terobosan-terobosan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan SDM untuk industri di masa depan.
Namun, Shinta menilai Nadiem perlu menyadari bahwa waktu yang dimilikinya untuk mempelajari dunia pendidikan sangat singkat lantaran saat ini pemerintah harus berlari cepat untuk mengejar ketertinggalan, termasuk diantaranya ketertinggalan daya saing SDM yang menyangkut pada produktivitas.
“Belajar itu tentunya harus, tapi perlu disadari bahwa pemerintah ini ingin berlari kencang, jadi jangan terlalu lama. Untuk Nadiem ini, kami harap bisa mewujudkan sepenuhnya link and match yang selama ini menurut kami tidak berjalan dengan baik,” katanya ketika ditemui dalam sebuah forum diskusi di Jakarta.