Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permukaan Air Tanah Jakarta Alami Kenaikan

Permukaan air tanah Jakarta mengalami kenaikan 5 meter di bawah permukaan air laut dalam rentang waktu 5 tahun. 
Pemandangan Monumen Nasional (Monas) yang berada di jantung kota Jakarta, Senin (26/8/2019). Pemerintah memutuskan akan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar
Pemandangan Monumen Nasional (Monas) yang berada di jantung kota Jakarta, Senin (26/8/2019). Pemerintah memutuskan akan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA — Permukaan air tanah Jakarta mengalami kenaikan 5 meter di bawah permukaan air laut dalam rentang waktu 5 tahun. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pihaknya menaruh perhatian pada penggunaan air tanah di Jakarta. Muka air tanah terdalam yang terekam pada 2013 di wilayah cekungan air tanah (CAT) Jakarta Utara sekitar 40 meter di bawah permukaan laut (mdpl).

Namun, pada 2018 terjadi perubahan positif. Muka air tanah terendah di CAT Jakarta Utara naik ke level 35 mdpl. 

"Menurut catatan Badan Geologi, penurunan muka air tanah di daerah utara Jakarta mencapai 40 meter dari asalnya, ini dalam jangka waktu 50 hingga 100 tahun. Belakangan ini membaik, 4 tahun terakhir dari turun 40 meter lalu naik di level 35 meter," ujarnya, Selasa (15/10/2019).

Dia menuturkan adanya perubahan kenaikan air tanah ini karena pengendalian pemanfaatan air tanah yang biasanya menggunakan sumur bor.

Maraknya pengambilan air tanah secara berlebihan di Jakarta mengakibatkan turunnya muka air tanah yang ikut menjadi penyebab terjadinya penurunan tanah (land subsidence) dan intrusi air laut, terutama di wilayah utara Jakarta.

Hal tersebut dipicu kebutuhan air bersih di Jakarta diperkirakan mencapai 824,78 juta meter kubik per tahun, sedangkan kemampuan layanan air PDAM hanya mencapai sekitar 560,64 juta meter kubik per tahun atau sebesar 62%. Suplai riil dari PDAM pun hanya 328,43 juta meter kubik per tahun sehingga sisa kebutuhan air bersih dipenuhi dari pengambilan air tanah.

Adapun, laju penurunan permukaan tanah tertinggi yang terukur oleh alat GPS geodetik adalah 12 sentimeter per tahun di daerah Ancol, Jakarta Utara.

"Catatan paling tinggi di bagian utara Jakarta capai 12 cm, ini banyak kalau 10 cm per tahun dalam 10 tahun menjadi 1 meter, lalu dalam 50 tahun menurun sebesar 5 meter. Ini persoalan yang menjadi persoalan bersama," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper