Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Beras Bulog di Bawah Target, Menteri Amran Sebut Gudang Penuh

Kementerian Pertanian menilai realisasi pengadaan beras Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang masih jauh dari target terjadi bukan karena harga gabah yang merangkak naik. 
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian menilai realisasi pengadaan beras Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang masih jauh dari target terjadi bukan karena harga gabah yang merangkak naik. 

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan realisasi pengadaan per 10 Oktober 2019 yang baru mencapai 1,07 juta ton dari target 1,8 juta ton lebih dikarenakan kondisi gudang penyimpanan yang telah penuh.

"Ini tempatnya tidak ada. Ini serapan 1 juta ton saja sudah sewa gudang di enam provinsi. Kalau capai target, semua provinsi pasti sudah sewa gudang," kata Amran di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Usai melakukan sejumlah pemeriksaan di lapangan, Amran memastikan stok beras di enam provinsi sentra produksi dalam keadaan penuh, bahkan diperlukan sewa gedung tambahan. Keenam provinsi itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Harga gabah yang merangkak naik pun disebut Amran bukanlah alasan belum tercapainya serapan Bulog. Berdasarkan pantauannya di gudang Bulog di Kediri, Jawa Timur, setiap hari pengadaan beras masih dilakukan. Harga gabah yang naik pun ia nilai merupakan hal yang baik bagi petani.

"Harga gabah ada kenaikan bagus dong untuk petani. Di Kediri selama kemarau tiap hari masuk 25 ton [ke gudang]. Itu menunjukkan masih ada penyerapan," tuturnya.

Ia juga menuturkan bahwa Bulog pun menerapkan fleksibilitas harga 10% dalam penyerapan beras di tengah tren kenaikan harga yakni sebesar Rp8.030 per kilogram (kg) sebagaimana diatur dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2015. Adapun harga pembelian pemerintah (HPP) beras di tingkat gudang dipatok di harga Rp7.300 per kg.

Harga gabah dan beras memang memperlihatkan tren kenaikan seiring berkurangnya pasokan selama kemarau dibanding masa puncak panen. Per September 2019, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat berada di level Rp4.905 per kg. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan nilai ini meningkat sebesar 3,07% dari bulan sebelumnya yang berada di angka Rp4.759 per kg. Hal yang sama terjadi pada gabah kering giling (GKG) yang naik menjadi Rp5.392 per kg dari yang sebelumnya tercatat sebesar Rp5.309 per kg.

Sementara itu, HPP gabah sesuai Inpres Nomor 5 tahun 2015 sendiri dipatok sebesar Rp3.700 per kg untuk GKP tingkat petani ditambah fleksibilitas harga 10 % menjadi Rp4.070 per kg. Sedangkan untuk GKG di gundang Bulog dihargai Rp4.650 per kg ditambah fleksibilitas harga 10% menjadi Rp5.115 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper