Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kaca lembaran berharap dapat merealisasikan target pertumbuhan kinerja hingga 5% pada tahun ini kendati diadang sejumlah tantangan.
Asosiasi Kaca Lembaran & Pengaman (AKLP) pun mengajukan sejumlah usulan langkah proteksi kepada pemerintah agar industri dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor.
Yustinus H. Gunawan, Ketua AKLP, mengatakan pihaknya sejauh ini melihat realisasi kinerja itu baru mencapai 3% - 4% atau masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi. Namun, dia meyakini dengan waktu yang masih tersisa target pertumbuhan awal tetap diupayakan.
"Kami maunya 5%. Namanya target, tetap target, sebab masih ada tersisa tiga bulan. Semoga tercapai," ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Yustinus mengatakan pada triwulan terakhir ada potensi peningkatan permintaan kaca lembaran, khususnya dari sektor properti. Pada periode akhir tahun, katanya, seringkali proyek perumahan dikebut untuk dirampungkan.
Namun, dia melihat kemarau panjang pada tahun ini menjadi salah satu kendalanya, khususnya untuk permintaan kaca lembaran pada pembangunan rumah swadaya di berbagai daerah.
"Dengan kemarau panjang, kemampuan rakyat bangun rumah menurun, karena masih banyak rumah di desa bangun tunggu selesai panen. itu sangat berpengaruh."
Di sisi lain, pihaknya dihadapkan dengan arus impor produk kaca lembaran, khususnya dari Malaysia. Yustinus menjelaskan China telah merealisasikan penanaman modal jumbo untuk pengembangan sektor kaca lembaran di Malaysia.
Kapasitas produksi terpasang di negeri jiran pun jauh lebih besar dibandingkan kemampuan pelaku usaha Indonesia. Padahal, katanya, jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak dari negara tetangganya tersebut.
"Dengan penduduk sepertujuh kita, artinya, mau ke mana mereka? Pasti ekspor [kaca lembaran] ke Indonesia," ujarnya.
Alhasil, dalam dua tahun terakhir peningkatan volume impor produk kaca lembaran meningkat di Indonesia. Yustinus menjelaskan saat ini hampir sekitar 15% produk kaca lembaran diimpor. Realisasi itu, jelasnya, meningkat dari pada sebelum investasi China ke Malaysia terealisasi.