Bisnis.com, JAKARTA – Pembangunan infrastruktur yang akan dilanjutkan lebih massif dalam 5 tahun ke depan dinilai membutuhkan teknologi konstruksi yang lebih efisien. Kerja sama dengan negara lain juga dirasa perlu guna menyerap teknologi mutakhir di bidang konstruksi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin mengatakan perkiraan investasi infrastruktur dalam periode 2020-2024 mencapai Rp6.445 triliun. Jumlah tersebut akan bertambah karena terdapat agenda pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur yang membutuhkan anggaran Rp466 triliun.
Menurutnya, rencana pembangunan infrastruktur membutuhkan kesiapan rantai pasok, mulai dari material dan teknologi, sumber daya manusia, dan sumber pembiayaan.
Syarif melanjutkan teknologi konstruksi memegang peranan penting karena aspek kecepatan dan mutu unggul telah menjadi tuntutan yang tidak bisa ditawar. Terlebih, pembangunan infrastruktur kini juga mengusung konsep cerdas yang sarat dengan penggunaan teknologi.
"Kita tidak perlu sungkan untuk belajar dari negara-negara lain yang sudah berhasil melakukannya," ujarnya dalam pembukaan Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology (KICT) Construction and Technology Fair 2019 di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Syarif menambahkan pembelajaran dari negara lain bisa dimulai lewat acara pameran seperti KICT Construction and Technology Fair 2019. Dia berharap ada alih pengetahuan dan teknologi dari Korea Selatan (Korsel) kepada Indonesia, baik untuk badan usaha, peneliti, maupun tenaga ahli.
Baca Juga
Untuk diketahui, KICT Construction Technology Fair merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan sejak 2016 di berbagai negara di Asia. Kegiatan ini digelar untuk memperkenalkan sekaligus sebagai ajang alih pengetahuan dan teknologi kepada negara yang menjadi tempat penyelenggaraan.
KICT Construction Technology Fair 2019 menghadirkan 15 badan usaha dari Korsel yang bergerak pada sektor jasa konstruksi dengan berbagai spesialisasi seperti teknologi komunikasi dan informasi, konstruksi bangunan gedung, jembatan, dan geoteknik.
Selanjutnya, spesialisasi jalan, air limbah, sumber daya air, perlindungan bahaya kebakaran dan penanganan bencana alam. Berbagai spesialisasi itu dinilai bermanfaat untuk sektor jasa konstruksi di Indonesia.
"Saya berharap acara ini menjadi awal dari inovasi dan gagasan sebagai masukan bagi kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur di Indonesia," pungkas Syarif.