Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian ESDM menegaskan Indonesia masih akan tergantung pada energi fosil meskipun bauran energi baru terbarukan (EBT) semakin besar dan mendominasi.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari mengatakan Indonesia tidak mungkin akan secara tiba-tiba menghentikan pemakaian batu bara sebagai sumber energi pembangkitan. Berdasarkan target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014, hingga 2050 Indonesia masih akan memanfaatkan energi fosil, terutama batu bara untuk pembangkitan.
Berdasarkan RUEN, pada 2025 bauran energi dari EBT adalah sebesar 23%, minyak bumi 25%, gas bumi 22%, dan batu bara 30%. Sedangkan pada 2050, porsi EBT akan sebesar 31%, minyak bumi 20%, gas bumi 24%, dan batu bara 25%.
Menurutnya, karena Indonesia yang tidak bisa terlepas dari energi fosil seperti batu bara, maka saat ini sedang diupayakan penerapan teknologi yang mampu menurunkan emisi batu bara lewat gasifikasi. Namun, hingga saat ini mengembangkan pembangkit listrik tenaga gasifikasi batu bara (PLTGB) tidak mudah.
"Kita punya batu bara sumber energi yang melimpah. Bagaimana kita menggunakan batu bara, tetapi tetap green energy," katanya, Rabu (25/9/2019).
Menurutnya, Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah untuk mengembangkan EBT. Salah satunya adalah Undang-Undang EBT yang di dalamnya akan memuat renewable portofolio standard (RPS).
Hingga saat ini, pengembangan EBT untuk pembangkitan masih merangkak. Misalnya, kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi (PLTP) baru sebesar 1.948,5 MW. Padahal, target RUEN mencapai 7.200 MW.