Bisnis.com, JAKARTA - Hubungan bisnis yang positif dengan Korea Selatan memacu Indonesia untuk menarik investasi-investasi "first class" dari Negeri Ginseng.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut B. Pandjaitan pada forum bisnis "Invest Indonesia" di Seoul, Korea Selatan pada Jumat (20/9/2019) lalu.
Investasi 'first class' yang dimaksud ialah bentuk investasi yang mengandalkan teknologi maju, memiliki proses alih teknologi dan peningkatan nilai tambah atas produk yang dihasilkan. Investasi tersebut juga menurutnya harus dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia, sesuai dengan visi pembangunan Presiden RI Joko Widodo di periode kedua.
"Kini, saatnya investasi first class Korea Selatan masuk ke Indonesia. Bukan lagi investasi kelas dua yang hanya mengimpor bahan mentah dari
Indonesia," tegasnya melalui keterangan pers yang diterima pada Selasa (24/9/2019).
Beberapa peluang investasi di sektor hilir domestik yang memiliki nilai tambah tinggi, yakni pengolahan mineral nikel, bauksit, dan mangan. Saat ini, Pemerintah tengah membangun kawasan industri terpadu pengolahan nikel di Morowali yang mencakup smelter, baja anti karat (stainless steel), dan carbon steel.
Rencana volume ekspor nikel di pengolahan tersebut adalah sebesar US$612 juta per tahun dengan produksi 19,25 juta ton. Jika sudah diolah menjadi stainless steel nilainya ekspor akan berlipat menjadi US$6,24 miliar.
Duta Besar Indonesia untuk Korsel Umar Hadi mengatakan, selama 5 tahun terakhir Korea Selatan menjadi salah satu sumber utama Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment/FDI) ke Indonesia. Namun, data Financial Times FDI Market (2018) mencatat, pengusaha dari Negeri Ginseng menempatkan Indonesia sebagai opsi ketiga sebagai tempat berinvestasi di luar negeri.
Investor Korea Selatan memilik 41 proyek yang tercantum pada data tersebut dengan total nilai US$11,3 miliar (41 proyek). Adapun urutan teratas ditempati Vietnam dengan total investasi sebesar US$39,2 miliar dari 201 proyek.
“Masih banyak ruang untuk reformasi dan inovasi yang harus kita lakukan untuk memanfaatkan momentum perang dagang China dan Amerika Serikat,” ujarnya
Hubungan bisnis antara kedua negara terus menjadi titik terang baik dalam perekonomian regional maupun global. Sejumlah proyek yang dilaksanakan investor Korea Selatan di Indonesia di antaranya adalah groundbreaking petrochemical complex oleh Lotte Chemical dengan nilai investasi sebesar US$3,5 miliar. Selain itu, produsen mobil Hyundai juga mengumumkan akan kembali ke Indonesia dengan nilai investasi antara US$1,7 juta-US$1,8 juta.