Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Produsen Serat Sintesis dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) meminta sejumlah insentif di tengah gempuran impor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan nilai ekspor memang menunjukkan peningkatan tipis yakni US$13,2 miliar pada 2018 dari US$13,1 miliar pada 2017. Tetapi, Indonesia diakuinya juga kebanjiran impor tekstil dan produk tekstil (TPT), terutama di produk tengah yakni kain, benang, dan printing.
“Salah satu yang bisa dilakukan adalah harmonisasi bea masuk. Tadi saya laporkan kita sedang mengkaji harmonisasi bea masuk dari hulu sampai ke hilir, ini masih dalam proses,” katanya di Istana Negara, Senin (16/9/2019).
Baca Juga
Para pengusaha TPT, menurutnya, juga meminta pajak pertambahan nilai (PPN) kapas untuk dihapus karena kapas merupakan bahan baku dan tidak memiliki bahan baku. Dia mengaku, usulan PPN kapas itu sedang dibahas dengan Kementerian Keuangan bersamaan dengan usulan penghapusan PPN untuk kayu log.
“Ada permohonan ada kawasan industri khusus untuk penerima relokasi daripada industri tekstil, salah satu dicarikan di wilayah Jawa Tengah. Pemerintah [juga] sedang mengkaji untuk mempersiapkan relokasi itu dipermudah impor mesin tekstil yang tidak baru,” jelasnya.
Soal relokasi, Airlangga menekankan pemerintah sudah menyediakan kawasan ekonomi khusus di Kendal dan sudah ada perusahaan dari China yang relokasi di lokasi itu. “Mungkin perlu kita perluas lagi,” tambahnya.