Bisnis.com, JAKARTA -- Pengusaha Indonesia yang ingin berinvestasi di Ethiopia diharapkan memiliki semangat industrialis jangka panjang.
Pasalnya, Afrika, khususnya Ethiopia, memerlukan banyak investasi besar dari negara-negara ekonomi maju, termasuk dari Indonesia.
Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busyra Basnur saat melakukan diskusi terbatas (Focus Group Discussion/FGD) dengan pimpinan perusahaan Indonesia yang ada di Ethiopia dan perusahaan asing yang dipimpin oleh orang Indonesia di Ethiopia di Kedutaan Besar RI Addis Ababa, Ethiopia, Jumat (13/9/2019).
Diskusi terbatas dihadiri oleh General Manager Peace Success Industry Plc sister company PT Sinar Antjol Taryat Suratman, General Manager PT Indofood Ethiopia Rudi Dharmawan, Deputi General Manager PT Indofood Ethiopia Adrianto Yuliar Salam, dan Country and Business Controller, H&M Ethiopia Arwin Ludiansyah.
“Diskusi tersebut merupakan bagian dari upaya KBRI Addis Ababa untuk menindaklanjuti dan menyukseskan kesepakatan dan komitmen Indonesia Africa Forum (IAF) yang diselenggarakan di Bali pada April 2018 dan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue (IAID) yang diadakan di Bali pada 20-21 Agustus 2019,” paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (14/9/2019).
Sebagaimana dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, Busyra mengungkapkan Afrika menjadi salah satu prioritas diplomasi Indonesia, khususnya di bidang ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia dinilai harus memanfaatkan pasar Afrika untuk memperluas tujuan ekspor.
Baca Juga
Saat ini, terdapat lima perusahaan Indonesia di Ethiopia, nomor dua terbesar di Afrika setelah Nigeria. Perusahaan tersebut adalah PT Indofood, PT Sinar Antjol, PT Bukit Perak, PT Sumber Bintang Rejeki, dan PT Busana Apparels Group. Secara keseluruhan, ada 30 perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Afrika dan 15 di antaranya berada di Nigeria.
Lebih lanjut, dalam diskusi tersebut disampaikan beberapa kiat penting lain yang perlu diperhatikan perusahaan Indonesia yang hendak melakukan kerja sama perdagangan dan investasi dengan Ethiopia. Di bidang perdagangan, perusahaan sebaiknya bekerja sama dengan mitra lokal, salah satunya karena mereka pasti memiliki cadangan mata uang asing.
Di bidang investasi, perusahaan diimbau mengalokasikan 30-40 persen produksi untuk diekspor, terutama guna mendapatkan kemudahan memperoleh izin dari pemerintah.
Persoalan utama yang dihadapi oleh Ethiopia dan kebanyakan negara Afrika saat ini, adalah kurangnya cadangan mata uang asing sehingga berdampak kepada alur kegiatan yang sudah dirancang.
Sementara itu, peluang kerja sama investasi yang paling besar dengan Ethiopia adalah di bidang tekstil, garmen, makanan bayi, obat-obatan, dan vaksin.