Bisnis.com, JAKARTA -- Supply Chain Indonesia menilai angkutan barang menggunakan moda kereta api butuh subsidi bahan bakar minyak untuk menekan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan angkutan darat berbasis jalan.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi mengatakan bahwa kereta barang masih belum bisa bersaing dari aspek waktu dan biaya dibandingkan truk.
Menurutnya, upaya peningkatan daya saing dan pengembangan pengangkutan barang dengan kereta perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah dengan mempertimbangkan banyak manfaat tersebut.
"Pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian subsidi bahan bakar minyak untuk kereta barang. Proporsi nilai BBM bersubsidi untuk kereta barang sangat kecil," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (12/9/2019).
Dari analisisnya, imbuhnya, BBM kereta barang hanya sekitar 1,02 persen dari kuota BBM bersubsidi sektor transportasi. Biaya subsidi BBM kereta barang sangat kecil dibandingkan dengan manfaat yang banyak dari berbagai aspek tersebut.
Dia menyatakan pemerintah perlu mendorong pengalihan pengangkutan barang ke kereta api dengan regulasi beserta implementasi di lapangan yang kuat.
Baca Juga
Adapun, PT Kereta Api Logistik (Kalog) memproyeksi pertumbuhan volume angkutan barang dengan moda kereta api di Jawa dan Sumatra secara keseluruhan ditargetkan meningkat sekitar 18 persen per tahun hingga 2024, dengan volume sekitar 53 juta ton pada 2019 dan 64 juta ton pada 2020.
Dalam proyeksinya, pengangkutan barang di Pulau Jawa akan turun dengan catatan pada 2019 targetnya mencapai 11,02 juta ton sementara pada 2020 menjadi 10,96 ton. Angka terakhir ini proyeksinya bertahan hingga 2024.
Sementara itu, angkutan kereta barang Pulau Sumatra akan terus meningkat secara gradual. Volume angkutan kereta barang di Pulau Sumatra ditarget naik 270 persen, yang pada 2019 sebanyak 42,55 juta ton menjadi sebesar 115,12 ton pada 2024.