Bisnis.com, JAKARTA — Lima proyek pembangkit listrik tenaga air dan minihidro PT PLN (Persero) ditargetkan beroperasi pada rentang waktu 2025 hingga 2026 setelah mendapatkan penjaminan dari pemerintah atas pinjaman senilai 294,7 juta euro atau setara Rp4,6 triliun (kurs Rp15.638).
Executive Vice President Energi Baru dan Terbarukan (EBT) PLN Zulfikar Manggau mengatakan perseroan baru saja mendapatkan penjaminan dari KfW Bank (Jerman) untuk dua proyek, yakni pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakaru II dan REEP II yang terdiri dari proyek PLTA Watunohu di Sulawesi Utara, pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) Lapai 1 di Sulawesi Utara, PLTM Riorita di Sulawesi Utara, dan PLTM Kalibumi di Papua.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019 - 2028, PLTA Bakaru II memiliki kapasitas 140 MW, PLTA Watunohu 15,8 MW, PLTM Lapai 1 1 MW, PLTM 1 MW, dan PLTM Kalibumi 2,6 MW.
Rinciannya, PLTA Bakaru II, PLTM Lapai, PLTM Riorita, dan PLTM Kalibumi ditargetkan beroperasi komersial atau melakukan commercial operation date (COD) pada 2025, sedangkan PLTA Watunohu ditargetkan COD pada 2026.
Meskipun demikian, hingga saat ini proyek tersebut belum melakukan konstruksi. Pasalnya, masih ada sejumlah tahapan yang mesti dilalui. Mulai dari lelang kontraktor hingga pembuatan hasil gambar untuk detail engineering design (DED).
"Belum [konstruksi], sekarang kan tahapan masih detail engineering desain," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2019).
Baca Juga
Menurutnya, setidaknya konstruksi baru dilakukan pada 2021 atau 4 tahun sebelum rencana COD. Hingga saat ini, kontraktor yang akan dipilih untuk mengerjakan proyek tersebut juga harus melalui tahap lelang.
"Sekarang kan masih tahapan prakonstruksi, termasuk pengadaan. Belum ada pemenangnya," tambahnya.