Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan produksi tempe dan tahu di dalam negeri dapat melesat dua kali lipat dala 5—10 tahun mendatang, Hal tersebut disebabkan oleh peluang ekspor ke Amerika Serikat.
Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin mengatakan pertumbuhan produksi tahu dan tempe pada semester I/2019 hanya 3—4%. Adapun, pertumbuhan tersebut akan berlanjut hingga akhir tahun yakni sebesar 3%--4%.
Menurutnya, distribusi ke pasar global dapat membuat pertumbuhan produksi tempe dan tahu nasional menjadi 5%-10%.
“Minggu lalu saya baru dari Amerika Serikat. Eksportir kedelai di sana welcome menerima kedelai mereka kembali dalam bentuk tempe,” katanya kepada Bisnis, Senin(9/9/2019).
Aip menambahkan volume produksi tempe dan tahu hingga akhir tahun ini dapat mencapai 5,7 juta ton dari realisasi tahun lalu sejumlah 5,5 juta ton.
Menurutnya, distribusi tempe dan tahu ke pasar Amerika Serikat dapat membuat produksi tempe dan tahu menjadi 6 juta ton hingga 6,2 juta ton.
Selain itu, Aip menilai neraca kedelai terhadap Amerika Serikat pun dapat positif. Tahun ini, lanjutnya, pengrajin tempe dan tahu nasional mengimpor sekitar 1,67 juta ton kedelai dari Amerika Serikat.
Sementara itu, kedelai lokal hanya mampu memasok 500.00 ton per tahun atau sekitar 23,04%.
Aip berujar nilai impor kedelai dari Amerika Serikat pada tahun ini sekitar US$800 juta—US$1 miliar. Menurutnya, neraca dagang kedelai dapat menjadi positif dengan Amerika Serikat dengan adanya upaya ekspor tempe dan tahu tersebut.
“Tapi tidak serta merta. Dalam 5—10 tahun baru bisa seimbang,” katanya.