Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah tantangan perdagangan yang membebani ekonomi global, satu-satunya penggerak ekonomi yang dapat diandalkan adalah minat belanja masyarakat. Namun, tantangan itu kini juga dirasakan konsumen.
Ancaman terhadap permintaan mulai dari sengketa dagang antara Amerika Serikat dan China hingga Brexit yang memukul kepercayaan diri pada bisnis dan investasi, kini turut menekan belanja konsumen.
JPMorgan Chase & Co. memperhitungkan volume penjualan ritel global tumbuh pada laju sebesar 4,8 persen pada kuartal terakhir berkat pasar tenaga kerja yang masih solid.
Tetapi sebuah tanda perubahan akan muncul dalam waktu dekat, ketika pelemahan di sektor manufaktur mempengaruhi kebutuhan perekrutan perusahaan serta pasar keuangan yang mengetat di tengah perang dagang.
Kedua faktor tersebut dapat menggerakkan konsumen rumah tangga untuk berhemat dan memicu kekhawatiran yang mengindikasikan bahwa ekonomi dunia tengah bergerak menuju resesi.
Beberapa waktu lalu, ekonom dari Morgan Stanley telah memperingatkan bahwa konsumer Amerika adalah harapan yang dimiliki Washington untuk mencegah kontraksi.
"Opini yang mengatakan bahwa pelemahan manufaktur tidak akan merembet ke industri lainnya adalah pendapat yang salah kaprah, meskipun produksi pabrik hanya sebagian kecil dari output AS," ujar Kepala Ekonom kawasan AS di Oxford Economics, Gregory Daco, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (4/9/2019).
Sebuah peringatan besar datang pekan lalu ketika aksi balas-membalas tarif yang berisiko serta sentimen inflasi yang tidak begitu cemerlang membuat Universitas Michigan memangkas indeks sentimennya ke tingkat paling rendah dalam tujuh tahun terakhir.
Jika tanda gangguan pada ekonomi global terjadi pada lini konsumen, maka pertumbuhan dunia akan semakin tertekan.
Pasar tenaga kerja di negara maju telah menunjukkan penurunan.
Jerman, penggerak ekonomi zona euro yang kini berada di ujung risiko resesi, telah menunjukkan tanda-tanda awal pelemahan pada pasar tenaga kerjanya, sentimen Inggris tertekan oleh ketidakpastian Brexit, sementara ekonomi Asia seperti Korea dan Indonesia mencatatkan penurunan sentimen konsumen.
Di Amerika Serikat, tolak ukur utama ketenagakerjaan pabrik dari Institute for Supply Management yang turun pada Agustus ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, menunjukkan bahwa produsen telah mengurangi jumlah pekerja.
“Belanja konsumen akan menjadi pendorong utama pertumbuhan di semester kedua, sehingga barometer permintaan rumah tangga, seperti sentimen, pola tabungan, dan pertumbuhan pendapatan, akan menjadi titik fokus utama dalam jangka menengah," kata Kepala Ekonom AS untuk Bloomberg Economies Carl Riccadonna.
Bagi bank sentral, mereka harus mengindentifikasi apakah bagian lain dari ekonomi dapat selamat dari tekanan ekonomi global yang sebagian besar terisolasi pada sektor manufaktur.
Gubernur Fed San Fransisco Mary Daly meninjau kontras pada perekonomian pekan lalu dan mengatakan bahwa ketidakpastian telah merugikan investasi bisnis, tetapi permintaan domestik terlihat sangat solid.
Menurut sebuah laporan pada Jumat (30/8), pengeluaran konsumen AS naik 0,6 persen pada bulan Juli, mengalahkan perkiraan. Sementara itu di zona euro, penjualan ritel naik sekitar 2 persen secara tahunan, sedikit lebih cepat dari rata-rata pada 2018.
Namun situasi dapat berubah kapan saja karena tantangan bagi ekonomi global akan terus datang dengan intensitas perang dagag AS-China, pendapatan bisnis yang lemah, resesi manufaktur, hingga ketidakpastian Brexit.
KETIDAKPASTIAN KONSUMEN
Pengecer elektronik asal AS, Best Buy Co. pekan lalu merevisi acuan bisnisnya karena ketidakpastian umum terkait dengan perilaku pembelian pelanggan secara keseluruhan.
Di sisi lain, perselisihan dagang yang terjadi antara Korea dan Jepang serta pelemahan pasar tenaga kerja menurunkan sentimen ekonomi negeri ginseng tersebut ke level terendah sejak awal 2017 pada Agustus.
Sementara itu, pengangguran pada level tertinggi dalam 45 tahun yang dialami India merupakan hal yang sangat mengganggu minat konsumsi, penjualan mobil mengalami penurunan terbesar dalam hampir dua dekade di bulan Juli.
Di zona euro, pertemuan terakhir para dewan gubernur Bank Sentral Eropa juga melaporkan adanya pelemahan penerimaan kerja di benua biru, penurunan ini akan berdampak pada produksi manufaktur yang diprediksi akan menjadi semakin rendah.