Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agustus 2019, Kelompok Bahan Makanan Alami Deflasi 0,19 Persen

Badan Pusat Statistik menyatakan kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,19 persen pada Agustus 2019 atau terjadi penurunan indeks 155,75 pada Juli 2019 menjadi 155,45 pada bulan ini.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti saat mengumumkan berita resmi statistik, Senin (2/9/2019)/Bisnis-Gloria Fransisca.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti saat mengumumkan berita resmi statistik, Senin (2/9/2019)/Bisnis-Gloria Fransisca.

Bisnis.com, JAKARTA Badan Pusat Statistik menyatakan kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,19 persen pada Agustus 2019 atau terjadi penurunan indeks 155,75 pada Juli 2019 menjadi 155,45 pada bulan ini.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan dari 11 subkelompok bahan makanan, ada 7 subkelompok yang mengalami deflasi dan 4 subkelompok lainnya mengalami inflasi. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan pada Agustus 2019 memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen.

Salah satu yang mengalami deflasi cukup tajam adalah bawang merah dengan andil sebesar 0,08 persen. Harga komoditas ini mengalami penurunan karena musim panen raya di beberapa sentra seperti Bima, Nganjuk, Pati, dan Brebes.

"Penurunan harga bawang merah kita lacak ada di 79 kota," ujarnya saat menyampaikan perkembangan indeks harga konsumen/inflasi, Senin (2/9/19).

Selain bawang merah, deflasi juga dialami tomat sayur sebesar 0,06 persen dan bawang putih serta bayam masing-masing 0,02 persen. Penurunan harga juga terjadi pada daging ayam ras, kangkung, sawi hijau, anggur, jeruk, dan tomat buah masing-masing 0,01 persen. 

Sementara itu, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga seperti cabai merah yang menyumbang inflasi sebesar 0,1 persen disusul cabe rawit sebesar 0,07 persen serta ikan segar dan kentang masing-masing sebesar 0,01 persen. 

Kenaikan harga sejumlah komoditas ini, kata Suhariyanto, disebabkan penurunan produksi akibat kemarau yang cukup panjang. Kemarau diperkirakan akan berlanjut hingga Oktober mendatang.

"Kita perlu antisipasi dampak dan kemarau supaya tidak panjang. Pemerintah sudah buat kebijakan untuk menjaga pasokan dan desentralisasi pangan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Desyinta Nuraini
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper