Bisnis.com, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan isu penurunan suku bunga The Fed pada September 2019 ini peluangnya sangat kecil.
Dody menilai sentimen perang dagang AS dan China ini bermuatan politik. Kondisi tersebut mengakibatkan isu penurunan suku bunga masih simpang siur. Hal ini dipicu oleh perbedaan sikap The Fed dengan Presiden AS Donald Trump.
Ketika kondisi makroekonomi AS dan global melemah, Trump akan cenderung menyalahkan The Fed dan meminta pemangkasan suku bunga. Sebaliknya, The Fed akan menyalahkan trade war ketika ekonomi AS melambat.
Menurut Dody, trade war kemungkinan tidak akan melonggar. Dia memprakirakan kebijakan hawkish yang dilakukan Trump saat ini karena tak ingin tertekan oleh pasar domestik jika melonggarkan kebijakan kepada China.
"The Fed selalu ditekan oleh Trump, dan itu membuat perang dagang ini tetap jalan," ungkap Dody di Kantor Bisnis Indonesia, Senin (2/9/2019).
Maka dalam kondisi tertekan, The Fed juga berpeluang membuat perang dagang tetap berjalan.
Baca Juga
Dody menyebut secara politis dengan memanasnya perang dagang pasar berasumsi kebijakan yang dikeluarkan nanti bersifat dovish. Apalagi dengan ancaman resesi ekonomi AS. Sehingga asumsi pasar untuk memotong suku bunga menguat. Namun jika berkaca dari statement The Fed, sifat kebijakan moneter mereka kemungkinan besar masih less hawkish.
"Tidak terlampau longgar, jadi masih dipertimbangkan suku bunga akan di cut atau tidak," ungkapnya.
Untuk menghadapi dinamika tersebut, Bank Indonesia juga masih harus mempertimbangkan dinamika domestik. Utamanya terkait inflasi dan volatilitas nilai tukar rupiah.