Bisnis.com, MANGUPURA--Kedekatan hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara Afrika selama puluhan tahun terakhir, dinilai belum berdampak banyak terhadap kerja sama ekonomi kedua kawasan.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika digelar pertama kali pada 1955 di Bandung, hubungan Indonesia dan negara-negara Afrika sangat harmonis.
"Namun kita lupa, kita seolah merasa Indonesia dan Afrika sudah sangat dekat karena sudah bersama-sama sejak lama. Namun jika melihat statistik kerja sama ekonomi dan perdagangan, interaksinya sangat rendah," ujarnya dalam forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID), di Nusa Dua Bali, Selasa (20/9/2019).
Untuk itu, lanjutnya, Indonesia berusaha meningkatkan kerja sama perekonomian dengan Afrika dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu salah satunya tercermin dari kunjungan misi ekonomi oleh delegasi Indonesia ke Afrika yang mencapai 35 kali pada 2018.
Dia menambahkan, saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan volume perdagangan dengan negara Afrika. Namun, menurutnya, upaya itu masih sulit dilakukan lantaran tingginya bea masuk atas produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara Afrika.
"Untuk itu, kami sedang perbanyak preferential trade agreement (PTA) dengan negara Afrika, di mana salah satu yang dalam waktu dekat akan selesai adalah dengan Mozambik. Kami berharap negara-negara Afrika lain menyusul Mozambik dalam membentuk PTA dengan kita," ujarnya.
Dia menambahkan, negara-negara Afrika tidak perlu khawatir PTA dengan Indonesia hanya akan memilik skala ekonomi yang terbatas. Pasalnya, Indonesia dapat menjadi jembatan bagi negara-negara Afrika untuk bekerja sama dan berdagang dengan negara Asean lain.
Indonesia, lanjutnya juga memiliki potensi yang besar di sektor infrastruktur. Negara-negara Benua Hitam, menurutnya dapat memanfaatkan kemampuan perusahaan infrastruktur Indonesia untuk mempercepat pembangunan di Afrika.