Bisnis.com, JAKARTA — Grup Sinar Wijaya, kelompok usaha yang bergerak dalam industri berbasis kayu di Papua dan Papua Barat, mulai menerapkan teknik silvikultur intensif (Silin) untuk kayu merbau.
Kepala Departemen Perencanaan Grup Sinar Wijaya Andi Taufik Husain Dalimunte mengatakan pihaknya sudah menjalankan uji coba penerapan Silin selama tiga tahun pada lahan seluas 400 hektare ha. Dia menambahkan budi daya silvikultur intensif merbau ini juga telah menjadi proyek perdana pemerintah.
Andi menjelaskan pengembangan budi daya merbau ini dilakukan agar spesies jenis kayu premium khas Papua ini tidak punah serta untuk menjaga iklim usaha perusahaan.
“Ini baru perusahaan kami yang lakukan. Hasilnya bagus, tingginya sudah 3 meter-4 meter, diameternya sudah 6 cm-7 cm,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Saat ini, pihaknya terus melakukan uji coba persemaian benih merbau secara intensif dan diharapkan hasil silvikultur intensif merbau akan sama produktivitasnya dengan hasil silvikultur intensif pada jenis kayu meranti.
Adapun Grup Sinar Wijaya merupakan induk dari empat perusahaan pemegang konsesi pemanfaatan hutan alam, yakni PT Wijaya Sentosa, PT Jati Dharma Indah Plywood, PT Wukirasari, dan PT Kaltim Utama dengan total izin areal kerja seluas 500.000 ha.
Baca Juga
Andi mengatakan, total produksi kayu log dari empat konsesi tersebut pada tahun lalu mencapai sekitar 400.000 ha. “Dari total produksi tersebut 30% merupakan jenis kayu merbau, sisanya meranti, rimba campuran, dan kayu indah,” katanya.
Hasil produksi tersebut digunakan untuk memasok bahan baku bagi PT Sinar Wijaya Plywood Industries, perusahaan industri kayu olahan dan gergajian milik Sinar Wijaya Grup, yang menghasilkan kayu lapis sebanyak 142.173,55 M3/tahun dan kayu gergajian sebanyak 46.800 m3/tahun.
Selain itu, mereka juga memproduksi plywood sebanyak 120.000 m3/tahun, veneer sebanyak 20.000 m3/tahun serta decking dan flooring sebanyak 36.000 m3/tahun. “Pasar kayu olahan kami selama ini banyak ke Australia,” terangnya.